Tadi malam kami bersenang senang, untuk sebuah perayaan yang asing di lingkunganku.
anehnya, aku tidak merasa asing di sana. ya, karena teman-temanku itu adalah the true friend yang welcome kepada siapa dan sama sekali tidak mempersoalkan perbedaan macam apapun. mereka justru menghargai kami.
entah apa yang akan "mereka" katakan nanti jika "mereka" tau, aku tak peduli. toh Ibuku pun tidak masalah dengan hal itu.
teman-temanku itu, mungkin lebih tepatnya ku panggil dengan sebutan sahabat, mereka mengajarkanku tentang arti toleransi yang sebenarnya. kami saling mengalunkan kebahagiaan, bersalaman, kami merangkul, melebur dan menyatu seperti ombak yang saling menyahut di laut lepas. tapi ingat, mereka tetap menghargai kami.
Lalu aku terbangun dari mimpi dan disambut dengan alunan musik gambus sholawatan yang disetel Ibu sejak subuh..
Kelawan konco dulur lan tonggo (Kepada saudara muslimin muslimah)
Kang podho rukun podho trapsilo (Hiduplah rukun dengan sesama)
Iku sunnahe, Rasul kang mulyo (Itu yang disunnahkan)
Nabi Muhammad, Panutan Kito (Nabi Muhammad panunatan kita)
Setiap kata punya makna. Lalu kata demi kata dapat tertulis-terbaca-terlantun-terdengar mengalir seperti arus sungai beserta biota yang hidup. Tiap kata yang terurai bisa kita rangkai menjadi kalimat yang merangkum berbagai makna menjadi nyanyian bimbang atau puisi yang indah. Sekedar kalimat mungkin bisa terabaikan. namun siapa dapat menahan jari-jari yang menari dan membungkam hati yang bernyanyi?
Tuesday, December 25, 2012
Monday, December 24, 2012
:)
Sepulang dari lari sore tadi..sendiri aku berjalan lemas ke rumah ditemani senja..lagi-lagi aku kembali memikirkannya, seorang sahabat kecilku yang aku sayangi.
aku tak peduli sembarang kata nyaring yang aku lontarkan terdengar atau tidak olehnya. yang jelas aku terus berusaha menjelaskannya lewat angin. aku berjalan dan berbicara nyaring. untuknya, yang sedang jauh menggapai mimpi..
Tuhan..semoga saja Tuhan mau mengabulkan. menyampaikan segala pengungkapan, kerinduan atas hangat dan canda kita. yang membuat iri sahabat-sahabat lain..
andai kau tau. andai kau tak jauh. andai kau ada disini menemani..
aku tak peduli sembarang kata nyaring yang aku lontarkan terdengar atau tidak olehnya. yang jelas aku terus berusaha menjelaskannya lewat angin. aku berjalan dan berbicara nyaring. untuknya, yang sedang jauh menggapai mimpi..
Tuhan..semoga saja Tuhan mau mengabulkan. menyampaikan segala pengungkapan, kerinduan atas hangat dan canda kita. yang membuat iri sahabat-sahabat lain..
andai kau tau. andai kau tak jauh. andai kau ada disini menemani..
Sunday, December 23, 2012
pagi dan bunga
Aku ingin, melukis bunga dengan warna..Karena bunga itu simetris..dan selalu tersenyum menampakkan keindahan yang manis, merayu kumbang dan kupu-kupu..serta siapapun yang melihatnya..memanggil anak kecil itu untuk memetik, mencium, tersenyum..
Aku merindukan bunga..bunga dengan titik-titik embun memeluk ronanya. yang segar membangunkanku dari mimpi semalam. mengajak menyusuri dunia.
Pagi ini ku bertemu bunga..aku tak memetik, karena ia lebih indah berdampingan dengan hijau dan bening embun. mengagumkan. aku mencintai bunga. aku kan melukis bunga dengan warna..
jangan bahas lagi.
Mereka bertanya lagi tentang tugas..fiuuh tugas itu lagi. entah kagum atau tak yakin kalau aku sudah mengumpulkan tugas yang menguras tenaga itu. mungkin lebih tepat pada hal yang kedua. mereka sepertinya tak yakin aku sudah mengumpulkan sebendel kertas itu lebih cepat dibanding mereka. hahaha. aku sudah mengira-ngira, beberapa dari mereka pasti ada yang merasa ditampar atau dilecehkan karena didahului oleh bocah yang tak pernah serius kuliah ini.
perfeksionitas yang mereka kejar. mereka berlomba-lomba mendapat nilai bagus lewat tugas itu. dan aku? hmm boro-boro. setelah mendapat nilai C dari seorang dosen yang menandai aku itu, rasanya akan tidak kaget kalau aku mendapat C lewat dosen lain. haha (aa semoga saja tidak!)
andai mereka tau kalau yang aku kerjakan hanya seperti mengunyah sarapan. namun kali ini sarapan dengan ikan bakar yang sudah dingin. maka perlu penyesuaian bagi otak untuk merubah ikan menjadi hangat. (ah, analogi macam apa ini) Prekk dengan itu, aku tetap melahapnya untuk mengenyangkan perut. dan tugasku pun selesai! hahaha mudah bukan :p
cukup untuk membicarakan tugas itu lagi, aku menyelesaikannya cepat-cepat bukan untuk dibahas lama-lama. rasanya hal itu seperti mimpi buruk yang harus segera dilupakan. kalau kalian penasaran tentang apa tugas itu? jawabannya adalah tugas kuliah untuk membuat fenomena simpel menjadi bertele-tele dengan banyak basa-basi dan analisis yang kaku.
perfeksionitas yang mereka kejar. mereka berlomba-lomba mendapat nilai bagus lewat tugas itu. dan aku? hmm boro-boro. setelah mendapat nilai C dari seorang dosen yang menandai aku itu, rasanya akan tidak kaget kalau aku mendapat C lewat dosen lain. haha (aa semoga saja tidak!)
andai mereka tau kalau yang aku kerjakan hanya seperti mengunyah sarapan. namun kali ini sarapan dengan ikan bakar yang sudah dingin. maka perlu penyesuaian bagi otak untuk merubah ikan menjadi hangat. (ah, analogi macam apa ini) Prekk dengan itu, aku tetap melahapnya untuk mengenyangkan perut. dan tugasku pun selesai! hahaha mudah bukan :p
cukup untuk membicarakan tugas itu lagi, aku menyelesaikannya cepat-cepat bukan untuk dibahas lama-lama. rasanya hal itu seperti mimpi buruk yang harus segera dilupakan. kalau kalian penasaran tentang apa tugas itu? jawabannya adalah tugas kuliah untuk membuat fenomena simpel menjadi bertele-tele dengan banyak basa-basi dan analisis yang kaku.
Saturday, December 22, 2012
setitik bintang
Malam dan setitik bintang.
kepul asap menghias temaram.
jiwa terhanyut dalam keadaan dramatisme romantis.
pikiran terbang dengan mengepak sayap angan..
Memegang pena yang anggun, aku hanya terdiam.
sembari menikmati seksi kopi malam.
ditemani setitik bintang.
yang bersikeras menembus petang..
kepul asap menghias temaram.
jiwa terhanyut dalam keadaan dramatisme romantis.
pikiran terbang dengan mengepak sayap angan..
Memegang pena yang anggun, aku hanya terdiam.
sembari menikmati seksi kopi malam.
ditemani setitik bintang.
yang bersikeras menembus petang..
Tuesday, November 6, 2012
uts
UTS itu semacam formalitas kampus, yang tujuannya entahlah aku juga tidak mengerti. yang jelas, tes ini biasanya hanya dianggap setengah-setengah saja. karena toh jika nilainya baik, masih akan ada UAS yang jadi final test dalam satu semester menempuh kuliah. dan misal nilainya buruk, masih aman karena masih bisa diperbaiki dalam UAS dan pintu taubat masih terbuka untuk 3 bulan selanjutnya. dan hal yang tidak menarik adalah, nilai hasil UTS biasanya tidak diberitahu kepada mahasiswa! jadi, mampu atau tidaknya kita mengerjakan UTS, yaaa lewat saja dalam waktu satu setengah jam ujian. setelah itu. seakan mendadak hilang ingatan. haha dan selanjutnya semuanya berjalan normal seperti biasa.
Aku rasa UTS sebenarnya hanya pendekatan dosen kepada mahasiswa saja. karena mereka nganggur dan nggak ada kerjaan di tengah-tengah semester. mereka juga bosen terus-terusan ngajar. jadi, mereka ingin tau keadaan muridnya yang selama ini mereka ajar dan ingin mengetahui saja seberapa kemampuan mereka. nah untuk membantu mereka, lebih baik kita menuliskan lebih banyak curhat untuk dosen dalam lembar UTS.
Hari ini aku bertemu dengan sebuah mata kuliah dengan UTS model take home yang proses pengerjaannya dirumuskan selama tiga hari pengerjaan. tidak usah dibayangkan seberapa banyak lembaran kertas atau huruf yang terketik. yang jelas saya pusing. karena lusa harus sudah dikumpulkan.
oke ini refreshing saja. aku mau meneruskan melintasi rintangan perkuliahan dulu. :p
Semangat!
Aku rasa UTS sebenarnya hanya pendekatan dosen kepada mahasiswa saja. karena mereka nganggur dan nggak ada kerjaan di tengah-tengah semester. mereka juga bosen terus-terusan ngajar. jadi, mereka ingin tau keadaan muridnya yang selama ini mereka ajar dan ingin mengetahui saja seberapa kemampuan mereka. nah untuk membantu mereka, lebih baik kita menuliskan lebih banyak curhat untuk dosen dalam lembar UTS.
Hari ini aku bertemu dengan sebuah mata kuliah dengan UTS model take home yang proses pengerjaannya dirumuskan selama tiga hari pengerjaan. tidak usah dibayangkan seberapa banyak lembaran kertas atau huruf yang terketik. yang jelas saya pusing. karena lusa harus sudah dikumpulkan.
oke ini refreshing saja. aku mau meneruskan melintasi rintangan perkuliahan dulu. :p
Semangat!
Sunday, September 23, 2012
Halo
Saat ini aku sedang bosan menulis tulisan sampah. Tapi aku juga bosan membaca tulisan-tulisan tak berarti dari manusia. Terlebih mendengar omong kosong yang terus melimbah.
Jadi, sebenarnya kata-kata dalam ke-omong kosong-an itu perlu ada atau tidak?
-penulis blog sekedar kalimat yang penuh omong kosong-
Jadi, sebenarnya kata-kata dalam ke-omong kosong-an itu perlu ada atau tidak?
-penulis blog sekedar kalimat yang penuh omong kosong-
Sebuah perasaan yang ingin bebas
“Diciptakan alam pria dan wanita.” Begitulah sepatah lirik salah satu lagu white shoes and the couples company, sabda alam.
Aku terlahir sebagai seorang yang berjenis kelamin perempuan yang beranjak jadi seorang wanita. Dalam fase ini, ada hal-hal baru yang aku alami, salah satunya perasaan suka terhadap lawan jenis. Rasa ini biasa disebut dengan “suka”, kalo ada yang menyebutnya “cinta, aku agak kurang setuju karena makna “Cinta” tidak sedangkal itu.Yang aku tulis ini tidak hanya untuk kaum cewek saja, mungkin cowok juga merasa demikian, tapi aku menjelaskan dari sudut pandang cewek karena aku adalah seratus persen cewek asli.
Oia, perasaan ini tidak bisa dikira kepada siapa kita akan merasa. Bisa dengan teman sebaya, kakak kelas, adik kelas(eh), calon om (sory tante), mas-mas jual pulsa dicounter, rekan komunitas, atau dengan artis-artis yang kita biasa kita tonton di tv. Dengan orang yang kita tidak pernah berinteraksi pun kita bisa dengan mudah suka misalnya dengan artis seperti tadi dijelaskan, atau dengan cowok kampus sebelah. Rasa ini timbul mungkin karena kagum atau suka melihat rupa yang sempurnanya.
Visualisasi wanita cantik dan pria tampan yang tampak di media biasa digambarkan dalam mengungkapkan rasa ini. Sehingga asumsi tentang hegemoni dari rasa suka atau cinta saat ini adalah munculnya gambar tentang dua manusia rupawan dengan bentuk love yang melambangkan hati. Tidak tahu juga asal muasal bentuk hati itu, katanya sih dari negara barat, tapi ini masih menjadi kontroversi. Entahlah.
Perasaan aneh ini wajar terjadi seiring bertumbuhnya hormone dalam tubuh.Konon kata peneliti yang kieng cari musabab tentang rasa ini menyebutkan hormone yang memicu rasa suka terhadap lawan jenis adalah hormone andrenalin, dopamine, dan serotonin. Untuk penjelasannya bisa searching sendiri. Tapi seiring perkembangan jaman, karena pengaruh media (lagi-lagi media), anak kecil pun bisa dengan mudah merasakan perasaan ini.
Rasa ini masih datang dan pergi dengan sangat mudah, makanya bagi seumuranku yang masih labil, aku sangat sering mendengar cerita temanku yang baru jadian lalu putus, jadian, putus, baliklagi, putus, jadian, selingkuh, putus semua.Wew.
Simple saja, sebagai cewek aku juga sering merasa labil. Didekati cowok, suka, lalu tiba-tiba muak. Didekati cowok lain, suka, muakl agi. Dekat cowok lain lagi, muak. Dekat dengan cowok yang baru, suka. Didekati cowok yang baru lagi, suka juga. Cowok yang dulu datang lagi, eeh suka lagi. Kadang suka semuanya. Kadang muak semuanya. Waaaaah, membingungkan.
Bukan geer atau sombong, itu tadi cuma pemisalan, tapi ini sudah menjadi rahasia umum. Yang lain pun aku kira sering merasakan hal yang sama. Bahkan lawan jenis yang lumayan dekat dengan mereka dianggap kalo cowok itu suka. Dan saat sedang merasa muak atau badmood, cowok itu bisa saja tiba-tiba dianggap orang jahat dengan mata sinis atau dipandang jijik oleh si cewek. Kalo cowok itu peka malah bingung “kowe ngopo e?”
Baru-baru ini malah ada trend “susah move on” hanya karena putus dengan pacar. haha tipu sekalii. Dan kalo benar iya, maka mereka kasian bangeet. Umur semuda ini hanya dihabiskan untuk memikirkan perasaan kepada satu orang saja yang dia tidak punya tanggungan apa-apa kepada-nya. Dan apabila lisannya terus berkata “aku susah move on”. Benar-benar aku kira itu adalah wujud kemunafikan semata yang mengandalkan tren untuk cari perhatian.
Aku sebenarnya cuma mau curhat mas,mbak. Sedihnya melihat teman-teman bahkan adik-adik yang dikurung dengan ikatan yang kata-katanya sih namanya ikatan cinta.Padahal cuma dengan pacar yang dalam 5 detikdikata “putus!” bubarlah ikatan itu.
Aku sendiri pernah merasakan hal yang sama. Saat ketahuan sms dengan cowok lain, pacar marah. Bonceng motor dengan teman cowok, pacar ngamuk. Berduaan dengan teman, pacar cemburu. Suka dengan cowok lain, pacar minta putus. Akhirnya bubar. Hahaha singkat sekali.
Berbeda lagi kalau sicewek belum mau diputusin, dia meminta-minta maaf dengan sang pacar dan mengatakan menyesal atau khilaf. Untuk kemudian kembali menjalankan ritual berpacarannya. Untuk yang ini, bisa sebaliknya cowok juga sering melakukan hal demikian.
Kembali ke topik awal, perasaan “suka” yang kita rasa seakan dibatasi saat kita punya pacar. Dan hal ini berdampak pula pada tatanan sosial pribadi kita sendiri. Lebih-lebih jika pacar punya sifat kecemburuan yang tinggi. Kita akan semakin sulit untuk bersosialisasi. Padahal masa-masa remaja adalah masa untuk mencari jati diri dan mencari teman sebanyak-banyaknya. Dan rasa suka dengan lawan jenis, atau gejala alam ini sebenarnya tak layak untuk dibatasi hanya untuk ego satu orang saja terlebih kita masih muda. Dalam hal ini kita seakan dipaksa untuk dewasa, layaknya pasangan suami-istri yang harus menjaga perasaan masing-masing.Wuiiiiih
Okeoke enough.
Sebenarnya yang tertulis di atas hanyalah omong kosong dari aku seorang jomblo yang sedang berbahagia hahaha. Dan sekarang aku bebas punya perasaan dengan siapa saja. Saat ini aku suka dengan siapa pun kalian tak perlu tau. Yang ku tau rasa ini indah. Mungkin itu yang membuatku sangat tidak ingin punya pacar untuk saat ini. Atau mungkin, sebenarnya malah gara-gara tidak laku. Harap maklum.
Ingat kata Sunan Kalijaga “Dadi wong ojo gumunan lan kagetan”. Perasaan ketertarikan dengan lawan jenis itu tidak lain adalah rasa yang wajar terjadi saat menginjak dewasa, jadi jangan kaget. Jika kita terlalu gumun (kagum) maka hal-hal negative bisa saja terjadi. Dimulai dari rasa ingin memiliki seutuhnya misalnya. Untuk apa memiliki? Jika untuk mempertanggungjawabkan diri sendiri saja masih terlunta-lunta. Dan untuk apa seutuhnya memiliki? Jika status memiliki ini hanya digunakan untuk menikmati hal yang harusnya kita nikmati nanti.Yang pada akhirnya berujung perbuatan hina. Padahal untuk seterusnya kita bisa saja gumun terhadap hal-hal mengagumkan yang baru lainnya karena bosan itu wajar.
Sekian. Maaf jika ada salah kata atau menyinggung perasaan. Maaf juga agak lebay.Tapi aku kudu piye. Aku hanya ingin membantu memerdekakan perasaan kalian yang ikut terjajah westernisasi. Ini hanya pembodohan. Dan untuk yang sudah berpacaran, oke lah kalau pacaran karena budaya ini sudah menjamur sehingga teman-teman kita pun menghabiskan waktu dengan pacarnya masing-masing, tapi tidak ada salahnya jika protes dengan pacar untuk kebebasan bersosialisasi kita. Tapi jangan putus cuma gara-gara kata-kata tadiya.:p Huhu. Ingat masih banyak orang tua, teman, dan keluarga yang sayang dengan kita. :)
Aku terlahir sebagai seorang yang berjenis kelamin perempuan yang beranjak jadi seorang wanita. Dalam fase ini, ada hal-hal baru yang aku alami, salah satunya perasaan suka terhadap lawan jenis. Rasa ini biasa disebut dengan “suka”, kalo ada yang menyebutnya “cinta, aku agak kurang setuju karena makna “Cinta” tidak sedangkal itu.Yang aku tulis ini tidak hanya untuk kaum cewek saja, mungkin cowok juga merasa demikian, tapi aku menjelaskan dari sudut pandang cewek karena aku adalah seratus persen cewek asli.
Oia, perasaan ini tidak bisa dikira kepada siapa kita akan merasa. Bisa dengan teman sebaya, kakak kelas, adik kelas(eh), calon om (sory tante), mas-mas jual pulsa dicounter, rekan komunitas, atau dengan artis-artis yang kita biasa kita tonton di tv. Dengan orang yang kita tidak pernah berinteraksi pun kita bisa dengan mudah suka misalnya dengan artis seperti tadi dijelaskan, atau dengan cowok kampus sebelah. Rasa ini timbul mungkin karena kagum atau suka melihat rupa yang sempurnanya.
Visualisasi wanita cantik dan pria tampan yang tampak di media biasa digambarkan dalam mengungkapkan rasa ini. Sehingga asumsi tentang hegemoni dari rasa suka atau cinta saat ini adalah munculnya gambar tentang dua manusia rupawan dengan bentuk love yang melambangkan hati. Tidak tahu juga asal muasal bentuk hati itu, katanya sih dari negara barat, tapi ini masih menjadi kontroversi. Entahlah.
Perasaan aneh ini wajar terjadi seiring bertumbuhnya hormone dalam tubuh.Konon kata peneliti yang kieng cari musabab tentang rasa ini menyebutkan hormone yang memicu rasa suka terhadap lawan jenis adalah hormone andrenalin, dopamine, dan serotonin. Untuk penjelasannya bisa searching sendiri. Tapi seiring perkembangan jaman, karena pengaruh media (lagi-lagi media), anak kecil pun bisa dengan mudah merasakan perasaan ini.
Rasa ini masih datang dan pergi dengan sangat mudah, makanya bagi seumuranku yang masih labil, aku sangat sering mendengar cerita temanku yang baru jadian lalu putus, jadian, putus, baliklagi, putus, jadian, selingkuh, putus semua.Wew.
Simple saja, sebagai cewek aku juga sering merasa labil. Didekati cowok, suka, lalu tiba-tiba muak. Didekati cowok lain, suka, muakl agi. Dekat cowok lain lagi, muak. Dekat dengan cowok yang baru, suka. Didekati cowok yang baru lagi, suka juga. Cowok yang dulu datang lagi, eeh suka lagi. Kadang suka semuanya. Kadang muak semuanya. Waaaaah, membingungkan.
Bukan geer atau sombong, itu tadi cuma pemisalan, tapi ini sudah menjadi rahasia umum. Yang lain pun aku kira sering merasakan hal yang sama. Bahkan lawan jenis yang lumayan dekat dengan mereka dianggap kalo cowok itu suka. Dan saat sedang merasa muak atau badmood, cowok itu bisa saja tiba-tiba dianggap orang jahat dengan mata sinis atau dipandang jijik oleh si cewek. Kalo cowok itu peka malah bingung “kowe ngopo e?”
Baru-baru ini malah ada trend “susah move on” hanya karena putus dengan pacar. haha tipu sekalii. Dan kalo benar iya, maka mereka kasian bangeet. Umur semuda ini hanya dihabiskan untuk memikirkan perasaan kepada satu orang saja yang dia tidak punya tanggungan apa-apa kepada-nya. Dan apabila lisannya terus berkata “aku susah move on”. Benar-benar aku kira itu adalah wujud kemunafikan semata yang mengandalkan tren untuk cari perhatian.
Aku sebenarnya cuma mau curhat mas,mbak. Sedihnya melihat teman-teman bahkan adik-adik yang dikurung dengan ikatan yang kata-katanya sih namanya ikatan cinta.Padahal cuma dengan pacar yang dalam 5 detikdikata “putus!” bubarlah ikatan itu.
Aku sendiri pernah merasakan hal yang sama. Saat ketahuan sms dengan cowok lain, pacar marah. Bonceng motor dengan teman cowok, pacar ngamuk. Berduaan dengan teman, pacar cemburu. Suka dengan cowok lain, pacar minta putus. Akhirnya bubar. Hahaha singkat sekali.
Berbeda lagi kalau sicewek belum mau diputusin, dia meminta-minta maaf dengan sang pacar dan mengatakan menyesal atau khilaf. Untuk kemudian kembali menjalankan ritual berpacarannya. Untuk yang ini, bisa sebaliknya cowok juga sering melakukan hal demikian.
Kembali ke topik awal, perasaan “suka” yang kita rasa seakan dibatasi saat kita punya pacar. Dan hal ini berdampak pula pada tatanan sosial pribadi kita sendiri. Lebih-lebih jika pacar punya sifat kecemburuan yang tinggi. Kita akan semakin sulit untuk bersosialisasi. Padahal masa-masa remaja adalah masa untuk mencari jati diri dan mencari teman sebanyak-banyaknya. Dan rasa suka dengan lawan jenis, atau gejala alam ini sebenarnya tak layak untuk dibatasi hanya untuk ego satu orang saja terlebih kita masih muda. Dalam hal ini kita seakan dipaksa untuk dewasa, layaknya pasangan suami-istri yang harus menjaga perasaan masing-masing.Wuiiiiih
Okeoke enough.
Sebenarnya yang tertulis di atas hanyalah omong kosong dari aku seorang jomblo yang sedang berbahagia hahaha. Dan sekarang aku bebas punya perasaan dengan siapa saja. Saat ini aku suka dengan siapa pun kalian tak perlu tau. Yang ku tau rasa ini indah. Mungkin itu yang membuatku sangat tidak ingin punya pacar untuk saat ini. Atau mungkin, sebenarnya malah gara-gara tidak laku. Harap maklum.
Ingat kata Sunan Kalijaga “Dadi wong ojo gumunan lan kagetan”. Perasaan ketertarikan dengan lawan jenis itu tidak lain adalah rasa yang wajar terjadi saat menginjak dewasa, jadi jangan kaget. Jika kita terlalu gumun (kagum) maka hal-hal negative bisa saja terjadi. Dimulai dari rasa ingin memiliki seutuhnya misalnya. Untuk apa memiliki? Jika untuk mempertanggungjawabkan diri sendiri saja masih terlunta-lunta. Dan untuk apa seutuhnya memiliki? Jika status memiliki ini hanya digunakan untuk menikmati hal yang harusnya kita nikmati nanti.Yang pada akhirnya berujung perbuatan hina. Padahal untuk seterusnya kita bisa saja gumun terhadap hal-hal mengagumkan yang baru lainnya karena bosan itu wajar.
Sekian. Maaf jika ada salah kata atau menyinggung perasaan. Maaf juga agak lebay.Tapi aku kudu piye. Aku hanya ingin membantu memerdekakan perasaan kalian yang ikut terjajah westernisasi. Ini hanya pembodohan. Dan untuk yang sudah berpacaran, oke lah kalau pacaran karena budaya ini sudah menjamur sehingga teman-teman kita pun menghabiskan waktu dengan pacarnya masing-masing, tapi tidak ada salahnya jika protes dengan pacar untuk kebebasan bersosialisasi kita. Tapi jangan putus cuma gara-gara kata-kata tadiya.:p Huhu. Ingat masih banyak orang tua, teman, dan keluarga yang sayang dengan kita. :)
Manja
Aku ingin menangis di pangkuanmu Ibu..
Ingin kembali manja hanya untuk sekedar disuapi makan malam
Berteriak mengeluarkan air mata tanpa tau alasan kenapa menangis
Menjerit sejadinya meyakinkan hanya kau yang kubutuhkan saat ini
Ku ganti susu yang manis lembut dengan teh berkafein
Malam hari kuminum kopi yang menemani kerjakan tugas
Fase dewasa tidak selalu manis
Seperti kopi hitam yang kuminum, nikmat pahit beraroma tajam biji kopi
Masa manjaku tak se-lama mereka sebayaku
Kau semakin sibuk dengan kerjamu Ibu untuk aku
Aku semakin sibuk dengan tugasku
Sikap tersirat mu selalu mengatakan, kamu pasti bisa, kamu anak yang kuat, kamu anak yang mandiri, kamu akan jadi anak yang pintar, kau akan sukses, semua ini untukmu, keringatku demi kamu..dan aku dengar..dan aku tak bisa menjawab
Semakin berat usia apakah nikmat itu akan semakin hilang?
Jika iya, aku akan sangat rindu
Dan menyesal menghabiskan masa itu hanya untuk protes
Sebuah syair merdu tak mampu membendung indah cintamu
Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali, Bagai sang surya menyinari dunia
Teruslah memanjakanku Ibu
Jangan hiraukan keangkuhan dan ego anakmu ini, karena dalam hati aku masih sangat butuh sentuh lembutmu, cinta sucimu
Ingin kembali manja hanya untuk sekedar disuapi makan malam
Berteriak mengeluarkan air mata tanpa tau alasan kenapa menangis
Menjerit sejadinya meyakinkan hanya kau yang kubutuhkan saat ini
Ku ganti susu yang manis lembut dengan teh berkafein
Malam hari kuminum kopi yang menemani kerjakan tugas
Fase dewasa tidak selalu manis
Seperti kopi hitam yang kuminum, nikmat pahit beraroma tajam biji kopi
Masa manjaku tak se-lama mereka sebayaku
Kau semakin sibuk dengan kerjamu Ibu untuk aku
Aku semakin sibuk dengan tugasku
Sikap tersirat mu selalu mengatakan, kamu pasti bisa, kamu anak yang kuat, kamu anak yang mandiri, kamu akan jadi anak yang pintar, kau akan sukses, semua ini untukmu, keringatku demi kamu..dan aku dengar..dan aku tak bisa menjawab
Semakin berat usia apakah nikmat itu akan semakin hilang?
Jika iya, aku akan sangat rindu
Dan menyesal menghabiskan masa itu hanya untuk protes
Sebuah syair merdu tak mampu membendung indah cintamu
Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali, Bagai sang surya menyinari dunia
Teruslah memanjakanku Ibu
Jangan hiraukan keangkuhan dan ego anakmu ini, karena dalam hati aku masih sangat butuh sentuh lembutmu, cinta sucimu
“Jangan ikutan demo ya nak..”
“Ha? Demo?? nggaklah bu..” jawabku dangkal lalu segera berpamitan untuk segera berangkat meninggalkan Pekalongan ke Kota Pelajar.
Demo..haha hal yang tidak terpikirkan saat pemikiranku masih bocah. Hegemoni kata demo yang ada di otakku saat itu adalah fenomena kelompok orang-orang yang beramai-ramai membawa spanduk dan kertas ukuran besar bertuliskan kata-kata yang kadang tidak aku pahami, lalu membakar ban yang menimbulkan kepulan asap hitam kelam, merobohkan pagar kantor-kantor pemerintah, hingga perkelahian dan aksi lempar batu dengan aparat kepolisian yang membuat macet dimana-mana, dan darah bercucuran disana-sini.
Demikian karena itu yang “selalu” aku lihat di berita televisi. Dan yang aku lihat sebagai “demo” di situ, seperti tidak pernah ada penyelesaian, aku pun tidak pernah melihat bagaimana cara demo itu bubar. Atau, bagaimana pemerintah yang digembor-gemborkan turun meredam gemboran para demonstran misalnya. Atau mungkin, melihat salah seorang kaum kapitalis yang membatalkan rencana untuk mebangun mall di atas rumah mereka di depan riuhnya suara mereka di jalan. Tidak pernah.Yaa, mungkin media yang pelit dalam publikasikan beritanya. Mungkin karena hal ini, media, yang membuat aksi demo mendapat stigma negative dan seakan-akan hanya sia-sia. Negative yang sia-sia.
Hal itu yang membuat aku saat itu sama sekali tidak berpikir untuk menyentuh bahkan terjun kedalam aksi demo. Mungkin ini juga yang membuat Ibuku melarang keras untuk ikut demo sejak dini. Oia, mungkin perlu dijelaskan juga bahwa aku terlahir dari rahim seorang Ibu yang bekerja dengan seragam abu-abunya. Jadi bukan suatu keheranan kalau beliau tidak ingin anak-anaknya jadi demonstran liar yang harus dipaksa ditertibkan oleh keluarga besar seprofesinya seperti di tayangan televisi itu.
Namun seiring terbukanya cakrawala mengenai informasi terkait demonstrasi, melalui pengalaman-pengalaman langsung dari teman-temanku yang pernah terjun dalam aksi demo, demonstrasi kini bukan hal yang tabu di lingkunganku, apalagi sebagai mahasiswa. mahasiswa yang identik dengan aspirasinya yang kuat dan kritis menanggapi isu ketimpangan sosial.
Pernah aku bertanya kepada temanku yang pernah ikut demo buruh 1 maret 2012 kemarin.
“Buat apa si kamu ikutan demo buruh? Kan orang tuamu punya usaha sendiri, kamu sudah berkecukupan kan? Nggak nyangka ternyata kamu ikut demo juga.”
Tapi tidak kuduga dia hanya ketawa kecil memandangku konyol, “Apa kamu lupa, kalau kamu punya saudara? buruh-buruh pabrik dengan pakaian lusuh yang sering kamu lihat itu, yang kerjanya dari subuh sampai sore tapi upahnya tidak seberapa, yang diperbudak perusahaan, selalu diancam PHK yang jadi momok menakutkan buat keluarganya, selalu ingin melihat senyum anak istrinya sepulang kerja itu, mereka saudaramu yuk. Mereka menuntut hak yang sama. Pekerjaan yang pasti tanpa outsourcing atau sistem kontrak. Selama ini pengusaha yang melanggar itu tidak ada sanksi. Outsourcing itu sistem perbudakan modern, karena dia menghisap darah dan keringat buruh jadi hanya mementingkan keuntungan perusahaan semata. Kamu tau kan? dan kamu, tega? Ayolah, sudahi sikap apatismu yang semakin mencekik mereka itu.
Karena sudah berkecukupan, sebenarnya itu nilai plus buat kita untuk bisa membantu mereka. Dan mereka, sudah lemah, masih memaksakan diri menuntut hak pula. Ikut demo tu tidak seburuk yang kamu bayangkan, di sana bisa dapat banyak teman baru, solidaritas mereka tinggi, malah kebanyakan dari mereka adalah orang-orang kritis berintelektual sehingga disana banyak cerita, bisa saling berbagi. Lagian yang kemarin itu demonya tertib tanpa kekerasan, emosi dituangkan dalam tulisan-tulisan dan orasi. Selain menuntut penghapusan outsourcing, mereka juga menolak politik upah murah, menolak kenaikan BBM, dan menuntut pendidikan gratis SD-Perguruan Tinggi. Semua itu untuk kesejahteraan rakyat secara umum.
Syukur-syukur suara kita bisa didengar pemerintah, wah pasti senang sekali bisa ikut bantu. Sayangnya yang demo kemarin itu, pemerintah belum serius tanggapi unjuk rasa kaum buruh. Kayaknya kalau Perda penghapusan outsourcing belum turun, bakal ada aksi demo lagi. Perjuangan hak kaum buruh itu harga mati, jadi harusnya kita dukung.” Dia menjelaskan sambil meluruskan pandangan miringku tentang aksi demo.
“Ooh, gitu ya.” Skak matt, aku bingung mau jawab apa.
Selain demo buruh, sebelumnya, demo BBM Maret 2012 kemarin adalah demo terbesar yang pernah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri selama tinggal satu setengah semester di DIY Yogyakarta. Malah dengar-dengar, “aksi 27 Maret” itu merupakan demo terbesar di Indonesia bahkan di dunia dengan demonstran kurang lebih sebanyak 2,5juta mengalahkan demo di Mesir saat menjatuhkan pemerintahan Husni Mubarak dan mengalahkan jumlah massa demonstrasi Tunisia yang menjatuhkan Ben Ali. Dan demonstran itu masih bisa bertambah jika dihitung pula dengan jumlah demonstran yang pasif.
Kenapa begitu heboh demonstrasi di Negeri ini? Kalau dipikir-pikir, demonstran yang mayoritas dipegang kaum mahasiswa dan buruh ini menandakan bahwa isu yang sedang terjadi memang ada yang tidak beres. Ini bukan mereka yang cari masalah kan, justru momentum ini seakan menjadi lambang dari gejala ketidakmampuan pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.
Dan menurutku pribadi, aksi-aksi kekerasan yang terjadi dalam demonstrasi bukan sepenuhnya salah mereka. Itu hanya cari perhatian terhadap pemerintah. Seringnya media yang terus-menerus menunjukan aksi kekerasan menjadikan buram penglihatan mereka jika melihat demo tanpa tindakan anarki. Dan lagi-lagi itulah yang ditakutkan Ibuku. Haha oke aku dan mungkin kalian yang senasib bisa melakukan demonstrasi tanpa turun kejalan, bisa ikut bergerak melalui kekuatan media dan tangan aktif. Karena menurut Subcomandate Marcos, Kata adalah Senjata. Dan beruntunglah kalian yang masih mempunyai kemerdekaan bersuara itu.
Aku masih ingat humor Wiwid Prasetya saat jadi pembicara di kampusku saat aku masih maba.
“Mahasiswa memang takut sama dosen, dosen takut sama rektor, rektor takut sama menteri, menteri takut sama presiden, dan presiden? Takut sama mahasiswa.” Haha. Oia, iya juga ya.Semua berpikiran sama. Tapi, yang kebanyakan orang lihat saat ini tentang mahasiswa yang berdemo adalah asumsi tetang hal yang gila, bahkan dianggap bodoh dan sia-sia yang merelakan kulit putihnya untuk terbakar matahari di jalanan.Sedih-sedih, mahasiswa sekarang juga mulai kehilangan jati dirinya, karena kini hanya sebagian dari mereka yang mau membuat artikel dan mencerdaskan bangsa. Padahal kalau diingat-ingat lagi, anggaran 20 persen dari rakyat untuk penikmat pendidikan harusnya membuat kita berterimakasih.
Demo..Dengan stigma burukdalam media..
Padahal, di balik aksi keras para demonstran itu terkandung solidaritas kuat dan niat-niat mulia bagi kelompok mereka maupun untuk bangsa. Mereka hanya memperjuangkan hak-hak, yang diabaikan demi kekuasaan politik atau kejayaan para kaum kapitalis. Mereka mengadakan protes yang pantas saat melihat anak-anak mereka kelaparan dan kurang gizi, saudara mereka terlunta-lunta mencari pekerjaan karena gulung tikar, kedinginan saat rumah digusur hanya karena tidak punya surat kepemilikan tanah, keberatan saat ingin membayar harga barang-barang pokok yang kian melunjak, ataupun melihat anak-anak yang tak sanggup membayar sekolah. Mereka hanya berunjuk rasa, tentang rasa keberatan itu. Apa itu salah? Salah po? Terus kalo tidak dengan demo, mereka kudu piye?
01.00 wib
Demo..haha hal yang tidak terpikirkan saat pemikiranku masih bocah. Hegemoni kata demo yang ada di otakku saat itu adalah fenomena kelompok orang-orang yang beramai-ramai membawa spanduk dan kertas ukuran besar bertuliskan kata-kata yang kadang tidak aku pahami, lalu membakar ban yang menimbulkan kepulan asap hitam kelam, merobohkan pagar kantor-kantor pemerintah, hingga perkelahian dan aksi lempar batu dengan aparat kepolisian yang membuat macet dimana-mana, dan darah bercucuran disana-sini.
Demikian karena itu yang “selalu” aku lihat di berita televisi. Dan yang aku lihat sebagai “demo” di situ, seperti tidak pernah ada penyelesaian, aku pun tidak pernah melihat bagaimana cara demo itu bubar. Atau, bagaimana pemerintah yang digembor-gemborkan turun meredam gemboran para demonstran misalnya. Atau mungkin, melihat salah seorang kaum kapitalis yang membatalkan rencana untuk mebangun mall di atas rumah mereka di depan riuhnya suara mereka di jalan. Tidak pernah.Yaa, mungkin media yang pelit dalam publikasikan beritanya. Mungkin karena hal ini, media, yang membuat aksi demo mendapat stigma negative dan seakan-akan hanya sia-sia. Negative yang sia-sia.
Hal itu yang membuat aku saat itu sama sekali tidak berpikir untuk menyentuh bahkan terjun kedalam aksi demo. Mungkin ini juga yang membuat Ibuku melarang keras untuk ikut demo sejak dini. Oia, mungkin perlu dijelaskan juga bahwa aku terlahir dari rahim seorang Ibu yang bekerja dengan seragam abu-abunya. Jadi bukan suatu keheranan kalau beliau tidak ingin anak-anaknya jadi demonstran liar yang harus dipaksa ditertibkan oleh keluarga besar seprofesinya seperti di tayangan televisi itu.
Namun seiring terbukanya cakrawala mengenai informasi terkait demonstrasi, melalui pengalaman-pengalaman langsung dari teman-temanku yang pernah terjun dalam aksi demo, demonstrasi kini bukan hal yang tabu di lingkunganku, apalagi sebagai mahasiswa. mahasiswa yang identik dengan aspirasinya yang kuat dan kritis menanggapi isu ketimpangan sosial.
Pernah aku bertanya kepada temanku yang pernah ikut demo buruh 1 maret 2012 kemarin.
“Buat apa si kamu ikutan demo buruh? Kan orang tuamu punya usaha sendiri, kamu sudah berkecukupan kan? Nggak nyangka ternyata kamu ikut demo juga.”
Tapi tidak kuduga dia hanya ketawa kecil memandangku konyol, “Apa kamu lupa, kalau kamu punya saudara? buruh-buruh pabrik dengan pakaian lusuh yang sering kamu lihat itu, yang kerjanya dari subuh sampai sore tapi upahnya tidak seberapa, yang diperbudak perusahaan, selalu diancam PHK yang jadi momok menakutkan buat keluarganya, selalu ingin melihat senyum anak istrinya sepulang kerja itu, mereka saudaramu yuk. Mereka menuntut hak yang sama. Pekerjaan yang pasti tanpa outsourcing atau sistem kontrak. Selama ini pengusaha yang melanggar itu tidak ada sanksi. Outsourcing itu sistem perbudakan modern, karena dia menghisap darah dan keringat buruh jadi hanya mementingkan keuntungan perusahaan semata. Kamu tau kan? dan kamu, tega? Ayolah, sudahi sikap apatismu yang semakin mencekik mereka itu.
Karena sudah berkecukupan, sebenarnya itu nilai plus buat kita untuk bisa membantu mereka. Dan mereka, sudah lemah, masih memaksakan diri menuntut hak pula. Ikut demo tu tidak seburuk yang kamu bayangkan, di sana bisa dapat banyak teman baru, solidaritas mereka tinggi, malah kebanyakan dari mereka adalah orang-orang kritis berintelektual sehingga disana banyak cerita, bisa saling berbagi. Lagian yang kemarin itu demonya tertib tanpa kekerasan, emosi dituangkan dalam tulisan-tulisan dan orasi. Selain menuntut penghapusan outsourcing, mereka juga menolak politik upah murah, menolak kenaikan BBM, dan menuntut pendidikan gratis SD-Perguruan Tinggi. Semua itu untuk kesejahteraan rakyat secara umum.
Syukur-syukur suara kita bisa didengar pemerintah, wah pasti senang sekali bisa ikut bantu. Sayangnya yang demo kemarin itu, pemerintah belum serius tanggapi unjuk rasa kaum buruh. Kayaknya kalau Perda penghapusan outsourcing belum turun, bakal ada aksi demo lagi. Perjuangan hak kaum buruh itu harga mati, jadi harusnya kita dukung.” Dia menjelaskan sambil meluruskan pandangan miringku tentang aksi demo.
“Ooh, gitu ya.” Skak matt, aku bingung mau jawab apa.
Selain demo buruh, sebelumnya, demo BBM Maret 2012 kemarin adalah demo terbesar yang pernah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri selama tinggal satu setengah semester di DIY Yogyakarta. Malah dengar-dengar, “aksi 27 Maret” itu merupakan demo terbesar di Indonesia bahkan di dunia dengan demonstran kurang lebih sebanyak 2,5juta mengalahkan demo di Mesir saat menjatuhkan pemerintahan Husni Mubarak dan mengalahkan jumlah massa demonstrasi Tunisia yang menjatuhkan Ben Ali. Dan demonstran itu masih bisa bertambah jika dihitung pula dengan jumlah demonstran yang pasif.
Kenapa begitu heboh demonstrasi di Negeri ini? Kalau dipikir-pikir, demonstran yang mayoritas dipegang kaum mahasiswa dan buruh ini menandakan bahwa isu yang sedang terjadi memang ada yang tidak beres. Ini bukan mereka yang cari masalah kan, justru momentum ini seakan menjadi lambang dari gejala ketidakmampuan pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.
Dan menurutku pribadi, aksi-aksi kekerasan yang terjadi dalam demonstrasi bukan sepenuhnya salah mereka. Itu hanya cari perhatian terhadap pemerintah. Seringnya media yang terus-menerus menunjukan aksi kekerasan menjadikan buram penglihatan mereka jika melihat demo tanpa tindakan anarki. Dan lagi-lagi itulah yang ditakutkan Ibuku. Haha oke aku dan mungkin kalian yang senasib bisa melakukan demonstrasi tanpa turun kejalan, bisa ikut bergerak melalui kekuatan media dan tangan aktif. Karena menurut Subcomandate Marcos, Kata adalah Senjata. Dan beruntunglah kalian yang masih mempunyai kemerdekaan bersuara itu.
Aku masih ingat humor Wiwid Prasetya saat jadi pembicara di kampusku saat aku masih maba.
“Mahasiswa memang takut sama dosen, dosen takut sama rektor, rektor takut sama menteri, menteri takut sama presiden, dan presiden? Takut sama mahasiswa.” Haha. Oia, iya juga ya.Semua berpikiran sama. Tapi, yang kebanyakan orang lihat saat ini tentang mahasiswa yang berdemo adalah asumsi tetang hal yang gila, bahkan dianggap bodoh dan sia-sia yang merelakan kulit putihnya untuk terbakar matahari di jalanan.Sedih-sedih, mahasiswa sekarang juga mulai kehilangan jati dirinya, karena kini hanya sebagian dari mereka yang mau membuat artikel dan mencerdaskan bangsa. Padahal kalau diingat-ingat lagi, anggaran 20 persen dari rakyat untuk penikmat pendidikan harusnya membuat kita berterimakasih.
Ada seorang dosen mengatakan “Ketika rakyat telah memberikan subsidi namun ketika rakyat menjerit minta pertolongan kita hanya diam, tanyalah hati nuranimu dan renungkan subsidi yang diberikan rakyat padamu.” Mungkin kalimat ini bisa kembali kita pikirkan.
Demo..Dengan stigma burukdalam media..
Padahal, di balik aksi keras para demonstran itu terkandung solidaritas kuat dan niat-niat mulia bagi kelompok mereka maupun untuk bangsa. Mereka hanya memperjuangkan hak-hak, yang diabaikan demi kekuasaan politik atau kejayaan para kaum kapitalis. Mereka mengadakan protes yang pantas saat melihat anak-anak mereka kelaparan dan kurang gizi, saudara mereka terlunta-lunta mencari pekerjaan karena gulung tikar, kedinginan saat rumah digusur hanya karena tidak punya surat kepemilikan tanah, keberatan saat ingin membayar harga barang-barang pokok yang kian melunjak, ataupun melihat anak-anak yang tak sanggup membayar sekolah. Mereka hanya berunjuk rasa, tentang rasa keberatan itu. Apa itu salah? Salah po? Terus kalo tidak dengan demo, mereka kudu piye?
01.00 wib
23-09-2012
Thursday, June 28, 2012
Saturday, June 23, 2012
Tentang Kretek
Saat ini, banyak pemikiran negatif yang terlintas di benak
masyarakat jika mendengar kata “kretek”. Kretek seakan menjadi musuh hidup
bangsa yang menyebabkan kerugian ekonomi, polusi udara, timbulnya penyakit, hingga
kematian.
Namun tahukah kalian?
Kretek merupakan budaya asli Indonesia seperti halnya
budaya-budaya lain yang masih butuh perhatian bangsanya sendiri. Kretek merupakan
sejarah bangsa. Kata "kretek" merupakan adopsi dari bahasa jawa yang berarti jembatan. Nah jembatan di sini merupakan analogi dari jembatan menuju sosialisasi pembicaraan antar pengkretek. Selain itu ada juga yang menyebutkan karena saat dihisap kretek meengeluarkan bunyi kretek..kretek.. Dan tahukah kalian bahwa kretek juga sangat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan negara?
Banyak hal-hal positif yang diambil dari kretek disamping sekedar isu-isu negatif atas penggunaan kretek.
Banyak hal-hal positif yang diambil dari kretek disamping sekedar isu-isu negatif atas penggunaan kretek.
Walaupun aku perempuan dan bukan pengkretek, namun aku ikut prihatin dengan pandangan-pandangan masyarakat dan peraturan-peraturan pemerintah yang semakin menyudutkan eksistensi budaya kretek ini.
Nah, di tulisan yang aku buat ini akan diungkapkan segala kelebihan tentang
kretek dan pengaruh besarnya terhadap pribadi hingga perkembangan negara dari
berbagai sisi. Semoga bisa meluruskan pandangan miring kalian tentang kretek.
Hidup bukan
matematika
“Hidup ini tidak sesederhana hitung-hitungan ekonomi”
Banyak pemisalan-pemisalan yang dibuat untuk menghitung
pengeluaran dana untuk membeli rokok per harinya. Perhitungan ini memberi
nominal akan kerugian pribadi hingga puluhan juta rupiah yang dikeluarkan
akibat membeli beberapa bungkus rokok pertahun.
Namun hidup ini tidak sesederhana hitung-hitungan ekonomi. Kebutuhan
pribadi tetentunya akan menyesuaikan terhadap aktivitas manusia. Hukum
pendapatan mengatakan semakin tinggi pendapatan maka akan semakinn tinggi pula
tingkat konsumsinya. Jadi, walaupun seorang perokok dinyatakan berhenti untuk
merokok, tidak menjamin dia bisa mendapat keuntungan sebesar nominal harga
rokok yang dikeluarkannya saat merokok. Kebutuhan-kebutuhan baru mungkin akan
muncul seiring aktivitas orang tersebut mengganti kebutuhan merokok.
Kretek bukan rokok
Saat ini banyak kemiripan antara macam bentuk kretek dan
rokok. Meskipun keduanya sama-sama berbahan dasar tembakau, namun banyak yang
salah penafsiran tentang kretek.
Kretek berbeda dengan rokok. Kretek mempunyai cita rasa khas
Indonesia. Tidak hanya berbahan tembakau, namun kretek juga mengandung campuran
bunga cengkeh dan saus-saus tertentu dalam pembuatannya. Hal ini yang menjadikan rasa kretek berbeda
dengan rokok yang hanya berbahan dasar tembakau.
Kretek mempunyai sejarah tersendiri. Konon kretek awalnya dikenalkan
oleh pribumi muslim asal Kudus bernama H.Djamhari pada sekitar tahun 1880. Fungsi utamanya kretek saat
itu adalah sebagai obat sesak napas (melalui cengkehnya yang terkenal sebagai
penghilang rasa sakit). Namun kini fungsi kretek telah berkembang menjadi
budaya baru indonesia yaitu “Budaya Mengkretek.”
Di dunia banyak cara mengkonsumsi tembaku. Di suku Indian yang
dikenal istilah “bermain asap”. Lalu budaya itu menyebar ke eropa menjadi
budaya baru yaitu cigarum. Seiring perkembangan jaman, budaya rokok menyebar
dan beradaptasi ke seluruh belahan dunia termasuk Indonesia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cita rasa, sejarah,
dan bahan dasar keretek berbeda
dengan rokok. Keretek bukan rokok.
Gerakan anti rokok
Keuntungan atas rokok dan kretek bukan hanya dinikmati oleh
petani tembakau, buruh pabrik rokok, pedangan asongan, tapi juga pada kita
semua. Dari tahun ke tahun pendapatan yang didapat dari penjualan kretek terus
meningkat, hal ini tentu saja berdampak pada pendapatan negara. Namun kini
tingkat pendapatan negara melalui rokok mulai turun drastis karena mulai adanya
peraturan peratuan dan kesepakatan baru antara perusahaan-perusahaan farmasi
dan lembaga global lainnya.
Pihak tersebut antara lain adalah Bill and Melinda gates
fondation, Glaxos mith line, Pfizer, dan Bloomberg Fniatires yang disponsori
oleh WHO. Mereka lalu mengadakan pertemuan yang didatangi oleh anggota-anggota
lembaga dari seluruh negara di dunia. Masing-masing dari negara termasuk Indonesia
dibagikan sejumlah uang untuk kemudian dibuat “Gerakan anti rokok sedunia”.
Tujunnya?
Menghancurkan industri kretek nasional dan kemandirian
bangsa Indonesia.
Merokok adalah hak
Kretek adalah barang legal. Mengkretek bukan tindakan
kriminal. Setiap orang mempunyai hak untuk memilih antara mengkretek atau tidak
mengkretek. Hal itu menjadi keputusan dan tanggung jawab pribadi. Masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat yang beretika dan bertanggung jawab. Bentuk dari
tanggung jawab pribadi bagi pengkretek yaitu mengkretek dengan etika dan sadar
akan kepentingan umum. Yakni sadar akan lingkungan sekitar, waktu, dan umur(minimal
18 tahun). Sudah saatnya kita saling menghormati dan menghargai hak antara
perokok dan bukan perokok.
Mitos
Beberapa lembaga kesehatan yang modern mengemukakan bahwa
rokok mengandung zat berbahaya yang merusak tubuh dan menyebabkan kematian.
Namun kini terdapat sanggahan dengan hasil yang berbeda. diketahui
bahwa Jepang yang terkenal sebagai perokok berat, jauh lebih rendah tingkat
kematiannya(karena kanker paru-paru) dibandingkan Amerika yang tingkat konsumsi
rokoknya rendah. Setelah diteliti ternyata hal tersebut disebabkan karena pola
makan penduduk amerika tinggi akan lemak. Hal ini berkebalikan dengan rata-rata
konsumsi penduduk Jepang yang rendah lemak.
Jadi, konsumsi rokok tidak bisa dijadikan faktor tunggal
atas timbulnya penyakit. Konsumsi rokok tentunya tidak banyak berpengaruh buruk
terhadap tubuh jika dibarengi dengan konsumsi dan pola hidup yang seimbang
seperti konsumsi protein, sayur buah, karbohidrat, serta olahraga dan istirahat
teratur.
Ruang Khusus
Perokok mempunyai ruang bebas merokok di tempat yang tidak
ada larangan merokok (semacam warung kopi). Namun di lingkungan publik, lambang
larangan merokok kini semakin bnyak ditemui dan perokok semakin merasakan
keterbatasan dalam merokok.
Seperti halnya peringatan “dilarang membuang sampah
sembarangan” sebagai solusinya harus disediakan tempat sampah, “dilarang
kencing sembarangan” harus disediakan WC umum, maka peringatan “dilarang
merokok” juga perlu diberi jalan keluar dengan dibuat Ruangan khusus merokok. Pembuatan
larangan merokok tanpa disertai ruangan khusus merokok merupakan keputusan yang
tidak adil baik bagi perokok dan bukan perokok. sama halnya pemberi peringatan
tidak mempertimbangkan hak pribadi seseorang (untuk merokok).
Menuju jalan
sejahtera
Pajak adalah pungutan wajib yang ditarik pemerintah untuk
kesejahteraan rakyat. Untuk menuju kesejahteraan rakyat maka perlu adanya subsidi
pemerintah melalui pajak tersebut dalam pembangunan sekolah, pasar, rumah
sakit, jalan, dan layanan publik lainnya.
Rokok merupakan pendapatan devisa terbesar negara. Nilai
penjualan rokok secara nasional mencapai Rp 200 triliun per tahunnya. Data
Departemen Pertanian tahun lalu menyebutkan nilai ekspor rokok meningkat
sebesar 11,62 persen. Dari tahun sebelumnya yang hanya 375,6 juta dollar AS
menjadi Rp 419,27 AS pada 2009.
Di samping itu penerimaan cukai yang disumbang pada
pendapatan negara mencapai angka Rp 62,7 triliun pada tahun 2011. Data ini
meningkat dari dari tahun 2010 yang senilai Rp 59,2 triliun. Angka ini
diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang karena kebijakan
yang diambil pemerintah untuk menaikkan harga cukai rokok.
Maka bisa dikatakan kretek adalah jalan kesejahteraan bagi
masyarakat indoneesia.
UU bagi perokok
Undang-undang adalah peraturan yang dibuat oleh lembaga-lembaga
dan pejabat negara yang mengikat seluruh masyarakat secara umum. Undang-undang
diciptakan dalam rangka menuju kesejahteraan bersama.
Bagaimana dengan uu tentang rokok? Saat ini kaum perokok
merupakan perokok yang tidak berlembaga dan tidak mempunyai hak untuk bersuara
ketika muncul aturan-aturan tentang rokok yang terus dibentuk. Begitu juga rakyat
yang berperan langsung dalam terbentuknya kretek(produsen). Sudah saatnya ada
lembaga dan UU yang melindungi pihak perokok secara adil.
Pelanggaran tidak sepenuhnya terjadi karena ketidakpatuhan
aturan. Pelanggaran bisa juga terjadi karena kesalahan membuat aturan. Seperti halnya
peraturan larangan merokok di setiap sudut ruangan publik yang membuat sesekali
perokok tidak mentaati peraturan tersebut karena tidak adanya ruangan pribadi
untuk perokok.
Kuasa anti rokok
Para kuasa rokok terus membuat peraturan-peraturan baru
tentang rokok tanpa memperhitungkan nasib para produsen dan konsumen rokok.
Penulisan larangan merokok dalam bungkus rokok, cukai yang sangat tinggi, pembatasan
iklan rokok di media massa, hingga pembatasan jumlah produksi rokok dengan
rendah hati dituruti oleh pihak produsen. Para penganut anti-rokok pun semakin
membatasi ruang gerak konsumen kretek dan rokok.
Banyak peraturan yang dibuat para gerakan anti-rokok yang
menekan budaya dan ekonomi apalagi hal ini dilakukan untuk menguasai ekonomi
bangsa. Namun kretek adalah budaya Indonesia yang tidak akan mati
Indonesia republik
kretek
Dengan gempuran modal politik dan lembaga politik
internasional, mungkin kretek akan benar-benar hilang di Indonesia. Modus serupa
dialami oleh produk-produk nasional unggulan seperti kopra, garam dan gula.
Vonis medis, perundang-undang, dan pengkondisian ekonomi lah
yang semakin menjatuhkn produk tersebut. Ketergantungan kepada komunitas asing
pun diciptakan.
Masa jaya kopra hancur saat terdapat vonis bahwa kopra
mengandung lemak jenuh yang tinggi. Kehilangan kejayaan garam nasional juga disebabkan
oleh modus yang kurang lebih sama, dan gula juga merasakan demikian akibat
sistem perdangan global yang merugikan.
Nah, kretek merupakan komoditas nasional yang tersisa dan makin
terancam keberadaannya. Kita sebagai rakyat indonesia yang menjungjung tinggi
budaya harusnya ikut menjaga keberadan kretek. Yang diperlukan adalah
keberanian, kepercayaan diri, dan dukungan-dukungan untuk menjadikan Indonesia
sebagai negara yang berdaulat dan bermartabat.
“Seharusnya mereka bisa memanfaatkan industri yang bisa
berdiri di kaki sendiri ini, dibesarkan, dilindungi, termasuk caranya beriklan
segala macam dilindungi. Lalu kemudian mereka sebetulnya bisa diberi kesempatan
menjadi captain of industry, menjadi
pintu untuk berdirinya kekuatan nasional, pintu untuk pembukaan nasional dan
modal dalam negeri supaya mereka akhirnya bisa membantu industri hulu.
Oleh karena itu, dari segi etika dan dari segi hukum yang
bebas dari aspirasi penjajah kita harus menaruh perhatian pada faktor ini dan
akhirnya kalau alasannya kesehatan dal lain sebagainya itu tidak fair. Junk food merajalela tapi karena
itu dari kekuatan asing yang dilindungi, tapi kekuatan dalam negeri di mana
saja akan di tekan demi hegemoni utara, hegemoni kekuatan pembangunan,
kapitalisme liberal ataupun kapitalisme partai.
Saya kira kita sebagai bangsa harus melawan kakuatan itu dan
harus dengan rajin dan dengan setia,dengan semangat patriotik membela
kesempatan-kesempatan bangsa kita untuk bangkit terutama di bidang ekonomi
pembangunan.” (WS. Rendra)
Banyak orang mengatakan kretek atau rokok menyebabkan polusi
udara dan meracuni paru-paru para perokok pasif. Jika dibandingkan dengan polusi
udara yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor yang meracuni udara bumi hingga
60-70%, dan 30 %nya adalah polusi dari kebakaran hutan,pembakaran sampah
danlain-lain. Maka sebenarnya masih sangat kecil presentase polusi yang ditimbulkan dari penggunaan rokok dan kretek.
Jadi, masih burukkah pandangan kalian terhadap kretek?
Apakah kalian masih ingin berusaha memusnahkan kretek, atau sebaliknya
mendukung perkembangan bangsa Indonesia melalui produksi kretek nasional dan menghargai para pengkretek di sekitar kita?
Daftar pustaka:
DM, Abhisam, dkk. Membunuh Indonesia. 2011. Jakarta selatan: Penerbit kata-kata.
VCD "Mat Kretek"
Thursday, June 21, 2012
Kisahku di sore tadi
Sore itu, aku berencana bersepeda sendirian hanya untuk cari makan. Dengan celana bola dan kaos raglan polos aku turun dari kos menuju warung. Tapi setelah makan, ada keinginan untuk lanjut bersepeda nikmati senja Yogyakarta. akhirnya aku memutar sepeda ke arah berlawanan dengan arah jalan menuju kos.
Entah kenapa, bersepeda aku jadi menikmati perjalanan. Jalan yang sehari-hari aku lewati menuju kampus jadi berasa beda. Jalan jadi nampak hidup. Aku bisa melihat embah-embah yang duduk di depan rumah, bapak-bapak kuli bangunan yang beristirahat sambil menikmati kretek setelah bekerja seharian, melihat tukang-tukang becak yang sedang bercanda gurau, dan ibu-ibu yang mengawasi anak-anaknya yang sedang bermain riang,.
“monggoo..” sapaku sambil sedikit menunduk dan memberi senyumku.
“nggih, nggih monggo mbak” jawab mereka serentak penuh senyum keramahan.
Ah, indahnya kota ini. Kota yang terkenal dengan keramahan penduduknya. Lalu aku melanjutkan perjalanan.
Saat melewati jalan raya, suasana berubah. Mobil-mobil dan motor saling balap satu sama lain dan mengeluarkan asap serta suara bisingnya. Jarang aku liat orang yang bersepeda. Tidak seperti dulu. Masih ingat aku saat jaman SD, saat masih jarang orang yang punya motor, jalan seakan bersih. Dan lebih sering aku liat orang menaiki sepeda. Sekarang memang sudah berubah. Dan kita melihat keadaan sekarang menjadi keadaan yang biasa.
Saat lampu lalulintas sagan berubah merah, aku berhenti. Tiba-tiba ada seorang anak kecil 5tahunan yang berjalan ke depan lampu merah. Ia membawa sebuah gelas plastik bekas minuman. Ya, seorang anak pengemis. Tapi di wajahnya tidak ada gambaran kemiskinan sama sekali. Wajahnya riang, ia merentangkan kedua tangannya keatas sambil tertawa. Hatiku terenyuh. Bukan disini tempat bermainmu dek :(
anak kecil itu menghampiriku, bukan untuk meminta uang. aku yakin anak ini tidak ada keinginan untuk uang sama sekali, ia hanya terbudaya oleh ibunya yang juga mencari uang dengan cara yang demikian pada kendaraan dibelakangku. Anak kecil ini melihat sepedaku, mungkin karena aku satu-satunya pengguna sepeda diantara motor-motor saat itu. tanpa rasa malu dia menghampiriku, lalu mengesampingiku menyentuh ban belakang sepedaku. dia tidak melihat aku yang mengendarai sepeda yang disentuhnya. entah apa yang ada di benaknya. hanya saja terlihat sebuah keinginan di tatap matanya. untuk memiliki sepeda? ya mungkin. Pasti dia sangat ingin bersepeda layaknya anak-anak yang lain. tapi apa daya dia terlahir di keadaan keluarga yang berjuang di jalanan. sedih.
lampu merah berubah hijau, anak kecil itu kembali riang berlari ke pinggir jalan. dan aku meneruskan perjalananku.
aku berhenti di depan sebuah minimarket untuk membeli air minum. didepan minimarket ada seorang mas-mas yang sedang duduk ngegalau melihat jalan. saat aku datang, mas-mas itu berpindah fokus melihat sepedaku tapi tidak menghiraukan motor yang datang membarengi kedatanganku. sesekali membuang pandangan, tapi saat aku masuk ke minimarket, terlihat mas itu liat sepedaku lagi. apa mas-mas itu pengen punya sepeda juga seperti anak kecil tadi? ah bukan! ngaco..
gambaran orang bersepeda oleh orang-orang sekarang adalah aktivitas yang unik. apa orang yang bersepeda seakan terlihat seperti budaya yang beda sekarang? bukankah dulu transportasi masyarakat sebelum mayoritas menggunakan motor , mereka banyak yang menggunakan sepeda?
entahlah. tapi sekarang adalah jaman kejayaannya motor. motor yang mengotori udara di bumi ini. tapi motor sekarang seakan menjadi kebutuhan.
gambaran orang bersepeda oleh orang-orang sekarang adalah aktivitas yang unik. apa orang yang bersepeda seakan terlihat seperti budaya yang beda sekarang? bukankah dulu transportasi masyarakat sebelum mayoritas menggunakan motor , mereka banyak yang menggunakan sepeda?
entahlah. tapi sekarang adalah jaman kejayaannya motor. motor yang mengotori udara di bumi ini. tapi motor sekarang seakan menjadi kebutuhan.
keluar dari minimarket, aku memutuskan untuk pulang ke kos karena hari mulai gelap dan adzan maghrib sudah dikumandangkan.
ahh begitulah ceritaku di sore itu. aku jadi bisa menghargai apa yang aku miliki sekarang. yang kutau, hidup ini indah. :)
Bangga jadi orang jawa
Aku merasa sangat sangat beruntung telah lahir di pulau Jawa. Bapakku sebenarnya orang Bali, dan ibuku orang Jawa, dan aku lahir di Jawa.
Kalau kita mendengar kata "Bali" apa yang kita bayangkan? Pasti langsung tergambar pulau yang indah, kerajinan tangannya, ukiran dari kayu, tari pendet, kecak, tari barong, sajen, para beli(kakak lakilaki) yang memakai udeng, para mbok(kakak perempuan) yang memakai kebaya dan diikat sagen(kain ikat pingggang) serta rambut digelung, arsitektur rumah yang khas, agama hindu yang kuat, orang-orangnya yang ramah, hingga pantai bersih yang melambai-lambai mengundang turis-turis untuk datang. Keren sekali.
"Ooo ternyata kamu orang bali tho?" komentar teman-temanku saat tau kalau bapakku orang bali.
"Bukan, aku orang jawa." jawabku dengan muka datar.
"Ah kamu tu aneh, dibilang orang bali malah nggak mau."
"Hahahaha."
Aku cuma ketawa. Bukannya tidak mau dibilang orang bali. Aku juga senang dan bangga dibilang begitu. Tapi aku lebih bangga kalau dikenal sebagai orang jawa. Aku dibesarkan di jawa dan aku menguasai bahasa jawa. Makanya aku merasa sangat beruntung dilahirkan oleh orang tua dari kedua pulau keren itu.
Apa kerennya dari jawa? kenapa kamu lebih bangga disebut orang jawa daripada orang bali?padahal bali kan keren?
Lhooo, budaya Jawa itu keren sekali loh. bukan aku menganut etnosentrisme, semua budaya itu keren, hanya saja budaya Jawa itu istimewa kalau menurutku. Namun masyaraktnya saja yang sudah mulai lupa dan sedikit demi sedikit meninggalkan budayanya itu.
Jawa, khususnya jawa tengah mempunyai budaya dan tradisi yang sangat beragam. Jawa mempunyai seni lukis yaitu "batik". aku teringat dulu waktu jaman SD, batik identik dengan kondangan(undangan pernikahan) dan pemakainya adalah orang tua. remaja yang memakai batik malah dianggap aneh. namun syukur sekarang pandangan masyarakat sudah berubah. apalagi setelah kejadian saat negara tetangga akan mengclaim batik sebagai budayanya. akhirnya masyarakat mulai tersadar dan bangga mengenakan batik. apalagi saya yang lahir di kota batik(pekalongan). hehe :D
Jawa juga mempunyai kesenian suara. seperti gamelan, keroncong, campursari, dll. lagi-lagi yang disayangkan adalah musik ini identik dengan "musiknya orangtua". padahal dulu musik ini pernah berada di masa kejayaan, baik dikalangan orangtua maupun remaja, namun sekarang sudah tidak lagi. anak muda lebih senang mendengarkan musik manca berbahasa inggris atau korea. bagaimana dengan gamelan dan sinden? suara wanita yang menyinden malah dianggap serem dan bikin merinding. padahal kalo bisa bikin merinding berarti mereka sukses melantunkan lagu jawa dengan jiwanya. tapi bagaimana lagi? cara berpikir mereka sudah didoktrin dengan seramnya film-film horor indonesia. Ini yang membuat musik jawa semakin dihindari oleh orangnya sendiri. apalagi lagu dolanan seperti jamuran dan lir-ilir sudah jarang didengar di kalangan anak-anak. terus, siapa dong yang mau melestarikan?
Kesenian yang tak kalah menarik adalah wayang. Pernahkah kalian yang merasa orang jawa menonton wayang dan merasa tertarik menontonnya? kalo belum pernah, harusnya kalian "malu". apakah anggapan "wayang adalah tontonannya wong ndeso" yang membuat kalian jijik dengan wayang? sungguh miris..miriiis. Budaya wayang itu punya siapa? kalau ada negara tetangga yang akan mengclaim lagi, apa baru kita sadar dan marah?marah? kita saja nggak pernah nonton kok, apa hak kita marah?
untung UNESCO sudah mengakui wayangkulit sebagai budaya kita. Tau tidak? wayang merupakan karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi. tokoh dan watak dalam pewayangan itu menggambarkan bermacam-macam karakteristik manusia. baik buruk ada semua dikesenian itu. wayang itu mengajarkan kebaikan dari gambaran duniawi. sebenarnya kisahnya modern. namun entahlah apa yang membuat wayang dianggap kuno.
Kalau di bali ada pakaian adat bali, kita juga punya kan? hanya pemakaiannya saja yang sangat sangat jarang oleh masyarakat jawa itu sendiri. di hari-hari biasa, di bali, kita masih bisa melihat mbog-mbog yang memakai kebaya dan selendang melingkari perutnya. namun di jawa, kita hanya bisa lihat pada embah-embah. Jarik, kebaya, broklat, dan belangkon mungkin hanya bisa kita temui di acara pernikahan. sedihnya lagi kalau ada pernikahan orang jawa yang kostumnya mengenakan jas dan gaun putih menyerupai budaya luar.
Yang paling istimewa dalam budaya jawa adalah Tata krama berbahasanya. Bahasa jawa mempunyai tingkatan bahasa atau undhak-undhuk basa. jenisnya ada ngoko lugu, ngoko andhap, madhya, madhyantara, krama, krama inggil, bagongan, dan kedhaton. Dan yang aku kuasai hanya bahasa ngoko lugu. hahaha. sedih.. padahal tata krama perbahasaan ini banyak manfaatnya dan hikmahnya. dengan berbincang bahasa krama inggil dengan orangtua, orangtua akan merasa dihargai. asiknya lagi kalau menggunakan bahasa krama dengan pedagang sesama orangjawa di tempat wisata, kita bisa dikasih murah :)) aku kadang iri melihat temanku di kampung bisa berbincang bahasa krama dengan orang tua. mereka terlihat sopan, dibandingkan hanya berbahasa indonesia. ya sekarang aku mulai belajar lagi, mudah-mudahan bisa lancar nanti saat berbincang dengan mertua. hehe :p
Bahasa jawa tidak hanya berarti bahasa yang medhok namun ada juga bahasa ngapak. berdasarkan pengamatan, 80% orang yang tadinya berbahasa ngapak sekarang beralih menjadi berbahasa gaul loe gue. hal ini terjadi karena bahasa ngapak terkesan bahasa yang kasar, aneh, lucu, dan kampungan. sedih kalau sekarang kesannya seperti itu. tidak ada rasa penghargaan sama sekali terhadap budayanya. padahal bahasa ngapak kan hanya ada di indonesia, siapa lagi coba yang akan menjaga, selain penduduk ngapaknya itu sendiri?
Masih sangat banyak macam-macam budaya di jawa. kerajaan, tulisan hanacaraka, ketoprak, ludruk, makanan khas, tradisi-tradisi, mitos-mitos, dongeng, hingga hantu jawa(demit, tuyul) -_-
semuanya menarik. tapi kadang kita yang lupa karena dibutakan oleh jaman modernisasi. sikap apatis masyarakat sekarang membuat kita lupa kalau kita mempunyai banyak budaya yang diincar negara lain. oleh karena itu kita wajib tau. setidaknya cukup berbahasa jawa, kita bisa menyelamatkan budaya jawa dari kepunahan budaya. jangan malu untuk membanggakan budaya kita masing-masing.
Jawa juga mempunyai kesenian suara. seperti gamelan, keroncong, campursari, dll. lagi-lagi yang disayangkan adalah musik ini identik dengan "musiknya orangtua". padahal dulu musik ini pernah berada di masa kejayaan, baik dikalangan orangtua maupun remaja, namun sekarang sudah tidak lagi. anak muda lebih senang mendengarkan musik manca berbahasa inggris atau korea. bagaimana dengan gamelan dan sinden? suara wanita yang menyinden malah dianggap serem dan bikin merinding. padahal kalo bisa bikin merinding berarti mereka sukses melantunkan lagu jawa dengan jiwanya. tapi bagaimana lagi? cara berpikir mereka sudah didoktrin dengan seramnya film-film horor indonesia. Ini yang membuat musik jawa semakin dihindari oleh orangnya sendiri. apalagi lagu dolanan seperti jamuran dan lir-ilir sudah jarang didengar di kalangan anak-anak. terus, siapa dong yang mau melestarikan?
Kesenian yang tak kalah menarik adalah wayang. Pernahkah kalian yang merasa orang jawa menonton wayang dan merasa tertarik menontonnya? kalo belum pernah, harusnya kalian "malu". apakah anggapan "wayang adalah tontonannya wong ndeso" yang membuat kalian jijik dengan wayang? sungguh miris..miriiis. Budaya wayang itu punya siapa? kalau ada negara tetangga yang akan mengclaim lagi, apa baru kita sadar dan marah?marah? kita saja nggak pernah nonton kok, apa hak kita marah?
untung UNESCO sudah mengakui wayangkulit sebagai budaya kita. Tau tidak? wayang merupakan karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi. tokoh dan watak dalam pewayangan itu menggambarkan bermacam-macam karakteristik manusia. baik buruk ada semua dikesenian itu. wayang itu mengajarkan kebaikan dari gambaran duniawi. sebenarnya kisahnya modern. namun entahlah apa yang membuat wayang dianggap kuno.
Kalau di bali ada pakaian adat bali, kita juga punya kan? hanya pemakaiannya saja yang sangat sangat jarang oleh masyarakat jawa itu sendiri. di hari-hari biasa, di bali, kita masih bisa melihat mbog-mbog yang memakai kebaya dan selendang melingkari perutnya. namun di jawa, kita hanya bisa lihat pada embah-embah. Jarik, kebaya, broklat, dan belangkon mungkin hanya bisa kita temui di acara pernikahan. sedihnya lagi kalau ada pernikahan orang jawa yang kostumnya mengenakan jas dan gaun putih menyerupai budaya luar.
Yang paling istimewa dalam budaya jawa adalah Tata krama berbahasanya. Bahasa jawa mempunyai tingkatan bahasa atau undhak-undhuk basa. jenisnya ada ngoko lugu, ngoko andhap, madhya, madhyantara, krama, krama inggil, bagongan, dan kedhaton. Dan yang aku kuasai hanya bahasa ngoko lugu. hahaha. sedih.. padahal tata krama perbahasaan ini banyak manfaatnya dan hikmahnya. dengan berbincang bahasa krama inggil dengan orangtua, orangtua akan merasa dihargai. asiknya lagi kalau menggunakan bahasa krama dengan pedagang sesama orangjawa di tempat wisata, kita bisa dikasih murah :)) aku kadang iri melihat temanku di kampung bisa berbincang bahasa krama dengan orang tua. mereka terlihat sopan, dibandingkan hanya berbahasa indonesia. ya sekarang aku mulai belajar lagi, mudah-mudahan bisa lancar nanti saat berbincang dengan mertua. hehe :p
Bahasa jawa tidak hanya berarti bahasa yang medhok namun ada juga bahasa ngapak. berdasarkan pengamatan, 80% orang yang tadinya berbahasa ngapak sekarang beralih menjadi berbahasa gaul loe gue. hal ini terjadi karena bahasa ngapak terkesan bahasa yang kasar, aneh, lucu, dan kampungan. sedih kalau sekarang kesannya seperti itu. tidak ada rasa penghargaan sama sekali terhadap budayanya. padahal bahasa ngapak kan hanya ada di indonesia, siapa lagi coba yang akan menjaga, selain penduduk ngapaknya itu sendiri?
Masih sangat banyak macam-macam budaya di jawa. kerajaan, tulisan hanacaraka, ketoprak, ludruk, makanan khas, tradisi-tradisi, mitos-mitos, dongeng, hingga hantu jawa(demit, tuyul) -_-
semuanya menarik. tapi kadang kita yang lupa karena dibutakan oleh jaman modernisasi. sikap apatis masyarakat sekarang membuat kita lupa kalau kita mempunyai banyak budaya yang diincar negara lain. oleh karena itu kita wajib tau. setidaknya cukup berbahasa jawa, kita bisa menyelamatkan budaya jawa dari kepunahan budaya. jangan malu untuk membanggakan budaya kita masing-masing.
Bangga dadi wong Jawa ;)
Saturday, June 16, 2012
"Jaman Edan"
Akhir-akhir ini aku begitu mengagumi budaya Jawa, budayaku sendiri sejak lahir. haha cupunya anak ini. namun lebih baik sadar baru sekarang daripada tidak sama sekali. dan daripada anak muda masa kini yang lebih membanggakan bahasa gaul atau londo (baca: inggris) untuk dijadikan bahasa kesehariannya dan menampar bahasa jawa dalam hidupnya. *miris
Sebenarnya konon, jare-jarene, dulu orang jawa sudah merelakan bukan "bahasa jawa" yang menjadi bahasa nasional Indonesia melainkan Bahasa Indonesia. padahal jika dipikirkan kembali, jumlah penduduk Idonesia terbanyak berada di jawa dan harusnya orang jawa bisa dengan mudah mengendalikan bahasa atau menguasai budaya yang ada di indonesia. Namun nyatanya tidak demikian, mereka rela bahasa mereka dikesampingkan karena orang jawa tetap menghargai perbedaan dan mengalah demi tercapainya persatuan Indonesia. Persatuan Indonesia? apakah Indonesia masih bersatu? pikir sendiri. Hanya butuh kesadaran untuk memperjuangkannya.
Budaya Jawa memiliki banyak jenis kesenian, termasuk didalamnya seni tulis. Ada sebuah karya yang sangat aku kagumi yaitu Sinom karya Ronggowarsito dan Ramalan Jayabaya. Keduanya membahas tentang kekacauan moral bangsa saat ini. "Hebat" kalau menurutku. Karena karya ini sudah sejak lama ditulis jauh sebelum ada sentuhan teknologi masa kini. Ronggowarsito pada tahun 1860M bahkan Joyoboyo pada kerajaan kediri sekitar tahun 1150M. Karya dari pujangga tersebut bisa dibilang sebagai "ramalan" yang benar adanya jika disesuaikan dengan jaman sekarang, jaman edan. dan aku sampai merinding saat membaca ramalan Jayabaya bait demi bait.
tembang Sinom dalam Serat Kalatidaartinya:
Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Melu edan nora tahan
Yen tan melu anglakoni
Boya keduman milik
Kaliren wekasanipun
Dilalah kersaning Allah
Begja-begajne kang lali, luwih begja kang eling lan waspada
Zaman Edan - Raden Ngabehi Ranggawarsita
Mengalami zaman edan/gila
Serba sulit menentukan perilaku
Mau ikutan berbuat gila, tidak tahan
Kalau tidak ikutan
Tidak kebagian rejeki ( uang, harta)
Untungnya sudah menjadi kehendak Allah
Sebahagianya orang yang lupa, masih lebih bahagia orang yang sadar dan waspada.
Friday, June 8, 2012
Aku suka diskusi
Budaya kritis telah menjamur di lingkunganku. Benar, karena
aku sudah jadi mahasiswa sekarang. Mahasiswa identik dengan pemikiran
kritisnya. Orang kritis itu keren menurutku. Untuk jadi orang kritis, selain
fakta pasti butuh inspirasi juga bukan? Barusaja aku menemukan inspirasi-inspirasi
baru. Aku menemukan orang-orang kritis yang baru aku temui . Aku masih kagum,
sebenarnya darimana mereka mendapat inspirasi secemerlang itu? Berapa abad
mereka belajar berbicara fasih mengungkapkan dinamika hidup? Aku ingin seperti mereka, bisakah?
Tadi malam aku mengikuti sebuah diskusi. Diskusi rumah hujan. Ikut sertaku
yang pertama setelah sebelumnya selalu berhalangan dan penasaranku tentang
diskusi ini sudah terlewati. Awalnya diskusi rumah hujan hanya membicarakan
tentang ruang lingkup dan visi misi serta rancangan kegiatan rumah hujan. Namun
ternyata pembicaraannya meluas.
Ternyata seru, sangat seru bahkan. Membicarakan pembicaraan
orang dewasa. Tentang masa depan, seni, anak jalanan, pendidikan, hukum, makanan,
rokok, kebobrokan Negara, sampai kiamat. Haha. Namun tetap banyak imajinasi
disini. Kadangkala kita juga perlu keseriusan dalam hidup dan ikut memikirkan
oranglain. Itu yang aku tangkap.
Aku tidak berbicara banyak. Aku bukan orang yang pandai
berbicara seperti orang dewasa. Namun aku masih anak kecil yang selalu ingin
tau. Aku mendengar banyak opini dari banyak manusia. Tapi aku hanya sedikit
bertanya, maklum baru pertama ikut diskusi dalam kelompok. Sebenarnya aku sudah
sering berdiskusi seperti ini, namun hanya dengan dua tiga orang. Ternyata
menyesuaikan diri dalam orang banyak lumayan susah. Masih banyak tanda tanya di
otak ini, dan masih terkumpul banyak kalimat yang belum sempat terucap yang
membuat sesekali jantung berdegup agak lebih kencang. Ya, kalau belum
mengatakan yang sebenarnya kita tau, rasanya belum plong. Tapi ini seperti
tantangan baru bagiku untuk aku ungkap di diskusi selanjutnya. Aku belajar
disini.
Hey, diskusi ini keren. Cobalah ikut sesekali. Kamu akan merasa berada di langit dan melihat dunia dengan teropong bumimu. Melihat detailnya sifat dan aktivitas kelompok-kelompok manusia kemudian kita ceritakan pandangan-pndangan kita satu sama lain. Lalu ditemukan kesimpulan, seperti menemukan keindahan saat menaiki bukit yang mampu kita lalui bersama.
Hey, diskusi ini keren. Cobalah ikut sesekali. Kamu akan merasa berada di langit dan melihat dunia dengan teropong bumimu. Melihat detailnya sifat dan aktivitas kelompok-kelompok manusia kemudian kita ceritakan pandangan-pndangan kita satu sama lain. Lalu ditemukan kesimpulan, seperti menemukan keindahan saat menaiki bukit yang mampu kita lalui bersama.
Lupakan sejenak galaumu. Mulailah berpikir kritis. Entah dengan temanmu, bapakmu,
dosenmu, laptopmu, buku diarymu, dengan otak mu sendiri atau dengan tembok! :D
Haha maaf agak berlebihan
Haha maaf agak berlebihan
Wednesday, June 6, 2012
Bosan
Belum bosankah kalian dengan obrolan kekayaan orang lain?
Dengan nominal harga produk negara lain?
Dengan kecanggihan produk smartphone baru kalian?
Dengan kontroversi artis yang tidak akan merubah nasib bangsa dari garis kemiskinan?
Dengan baju di toko yang merayu kalian?
Dengan pangkat?
Dengan agama yang mentidakbolehkan?
Atau dengan cinta monyet yang kalian idam-idamkan?
Taukah kalian, kalau rumput-rumput yang setiap hari kalian injak mempunyai teman di atas bukit sana?
Taukah air yang kalian minum berinduk di air terjun dibalik bukit itu?
Taukah bahwa disana ada sekelompok manusia yang tidak pernah kalian kenal sebelumnya?
Taukah kalau mereka menarik untuk diajak berbagi kisah?
Taukah kalau ada pantai yang memiliki malam yang menakjubkan?
Indah..sungguh..sangat indah dan mengagumkan..
Temukan! Curi obrolan baru dari sana
Warnai hidupmu dari hitam putihnya perkotaan
Lupakan semua lembar kertas beruliskan angka yang selalu men"tuan"imu
Jadilah manusia yang bebas disana
Berteriaklah.......!!!
Kalau tidak ingin hidupmu sedatar dan sepucat tembok kosanmu!
Kain yang mulia
ni hanya sebuah coret-coretan pribadiku, kalau
tidak setuju, coret saja. :D
Aku berada di jaman dimana idealisme berpakaian dijunjung tinggi, dan fashion dijadikan “simbol”. Dan aku termasuk minoritas dalam perbedaan berpakaian di lingkunganku. Saat ini hanya lingkunganku. Berkali-kali sindiran menyiprat-nyiprat, namun ludah itu hanya mengering, dan aku hanya tertawa kecil sembari miris dalam hati.
Aku muslim, dan aku perempuan yang tidak berjilbab saat ini. Dan saat ini pula, aku dianggap menyimpang karena budaya memakai jilbab bagi perempuan telah tumbuh kuat dengan sendirinya. Aku tidak pernah menyalahkan siapapun. Terdengar ada yang mengatakan aku cewek yang ketinggalan jaman. Tapi apa semua hanya dijadikan jaman-jamanan? Berarti kita hanya jadi korban industri pakaian? Katanya perempuan yang tidak berjilbab haram masuk surga. Kalau begitu, mari kita mendoakan saudara-saudara dan nenek kita yang telah tiada sebelum jaman jilbabun itu lahir di masyarakat kita.
Jilbab? Aku harap wanita sekarang memilih jilbab sebagai nilai dan sebuah pilihan yang murni. Satu persatu perempuan mengenakannya, indah. Namun satu persatu pula perempuan melepasnya. Sedih. Dimana idealisme mereka? Dimana eksistensi kain mulia itu? Sungguh dinamika yang ekstrem menurutku, namun sangat biasa di mata masyarakat saat ini. Dan aku tetap begini. Belum ada perubahan.
Jilbab adalah pakaian yang mulia dan terpuji. Tapi aku masih sering mendengar sifat “tidak terpuji” terkait dengan pemakainya. Dan aku tidak ingin ikut menodai kemuliaannya. Aku merasa masih kotor dan belum pantas.
Aku bukan penganut konspirasi anti-jilbab. Aku tidak ingin “kualat”. Toh aku masih pakai mukenah kalau beribadah. Dan aku hanya punya alasan kalau "aku punya hak untuk berpakaian, serta memilih jenis pakaianku".
Aku bukan meng anti kan, hanya saja aku tidak ingin plinplan dalam hidupku. Untuk jilbab, aku ingin konsisten memakainya kelak. Bukan untuk pengen-pengenan dan tren.
Aku hanya bisa diam, dan mencoba mendinginkan suasana saat ada conversation panas mengenai pakaian mulia itu di hadapanku. Aku tidak ingin ada perpecahan dan pembatasan berkomunikasi hanya karena pakaian. Aku kira aku tidak melakukan dosa besar. Siapa tau? Masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang lebih merugikan. Masih banyak pula yang lebih penting untuk dibicarakan daripada sekedar ngomongi klambine wong.
Kalau bicara mengenai jilbab sebenarnya bukan masalah wajib atau dosa, melainkan lebih ke aib dan malu. “Lebih baik kita saling menghargai saja.” :)
Aku berada di jaman dimana idealisme berpakaian dijunjung tinggi, dan fashion dijadikan “simbol”. Dan aku termasuk minoritas dalam perbedaan berpakaian di lingkunganku. Saat ini hanya lingkunganku. Berkali-kali sindiran menyiprat-nyiprat, namun ludah itu hanya mengering, dan aku hanya tertawa kecil sembari miris dalam hati.
Aku muslim, dan aku perempuan yang tidak berjilbab saat ini. Dan saat ini pula, aku dianggap menyimpang karena budaya memakai jilbab bagi perempuan telah tumbuh kuat dengan sendirinya. Aku tidak pernah menyalahkan siapapun. Terdengar ada yang mengatakan aku cewek yang ketinggalan jaman. Tapi apa semua hanya dijadikan jaman-jamanan? Berarti kita hanya jadi korban industri pakaian? Katanya perempuan yang tidak berjilbab haram masuk surga. Kalau begitu, mari kita mendoakan saudara-saudara dan nenek kita yang telah tiada sebelum jaman jilbabun itu lahir di masyarakat kita.
Jilbab? Aku harap wanita sekarang memilih jilbab sebagai nilai dan sebuah pilihan yang murni. Satu persatu perempuan mengenakannya, indah. Namun satu persatu pula perempuan melepasnya. Sedih. Dimana idealisme mereka? Dimana eksistensi kain mulia itu? Sungguh dinamika yang ekstrem menurutku, namun sangat biasa di mata masyarakat saat ini. Dan aku tetap begini. Belum ada perubahan.
Jilbab adalah pakaian yang mulia dan terpuji. Tapi aku masih sering mendengar sifat “tidak terpuji” terkait dengan pemakainya. Dan aku tidak ingin ikut menodai kemuliaannya. Aku merasa masih kotor dan belum pantas.
Aku bukan penganut konspirasi anti-jilbab. Aku tidak ingin “kualat”. Toh aku masih pakai mukenah kalau beribadah. Dan aku hanya punya alasan kalau "aku punya hak untuk berpakaian, serta memilih jenis pakaianku".
Aku bukan meng anti kan, hanya saja aku tidak ingin plinplan dalam hidupku. Untuk jilbab, aku ingin konsisten memakainya kelak. Bukan untuk pengen-pengenan dan tren.
Aku hanya bisa diam, dan mencoba mendinginkan suasana saat ada conversation panas mengenai pakaian mulia itu di hadapanku. Aku tidak ingin ada perpecahan dan pembatasan berkomunikasi hanya karena pakaian. Aku kira aku tidak melakukan dosa besar. Siapa tau? Masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang lebih merugikan. Masih banyak pula yang lebih penting untuk dibicarakan daripada sekedar ngomongi klambine wong.
Kalau bicara mengenai jilbab sebenarnya bukan masalah wajib atau dosa, melainkan lebih ke aib dan malu. “Lebih baik kita saling menghargai saja.” :)
Pesan bapak
Pas sore
pulang kuliah itu, nggak tau kenapa, aku kayak udah nggak ada semangat lagi
tinggal di Jogja, kota indah ini. Berat banget. Kuliah nggak ada niat, pacaran
juga sering galau padahal nggak ada masalah. Aku diem tiduran di kamar, nggak
nonton tv dan nggak dengerin musik.
Tiba-tiba
ada call di hp ku.. Papi.
Entah
kenapa, bapakku yang biasanya telepon cuma nanyain “tadi kuliah sampe jam
berapa?” atau sekedar tanya “udah makan belom?”, kali itu bapak ngomong lebih
banyak.
Masih inget
kata-katanya pas itu, dia baru denger berita dari temennya dan nggak pengen aku
jatoh kayak anak temennya itu yang gagal kuliah gara-gara MBA (married by accident).
“Dek ayu udah dewasa, tau mana yang baik dan
buruk. Dek ayu di sana kan sendirian, harus bisa jaga diri sendiri, nggak perlu
diawasin dan dimarah-marahin lagi, kan bapak sama ibu jauh. Sering sering
puasa, bisa jaga nafsu. Nggak usah mikiri pacaran dulu, nggak usah kuatir ntar
gampang nyari pacar terus nikah kalo udah sukses, dek ayu tu cantik kok (wuah
jadi geer), pasti ada kok yang mau sama dek ayu nanti, pasti. Sekarang boleh
pacaran, bapak nggak ngelarang, tapi tau batesnya. Yang penting sekarang satu
tugas dek ayu, belajar. Ingat prinsip awal “saya di Jogja untuk kuliah.”
Bapak sama ibu cuma bisa ngedoain dan cari uang. Buat dek ayu biar bisa cepet
lulus jadi sarjana, sukses, bapak seneng. Belajar, jaga diri di
sana, inget Tuhan, jangan lupa solat.”
Seperti hujan deras yang tiba-tiba turun meluruhkan debu dan polusi yang bosan menempel di dedaunan hijau pinggir jalan.
Bapak ngomong semua itu di saat aku memang masih
butuh. Kayak ada cahaya yang nerangin gelapku. Semangat itu dateng. Mataku
berlinang, tapi nggak nangis. Tiba-tiba aku kangen banget sama orang tuaku. Aku
nyoba ngerasain kerja keras mereka buat aku.. Berat. Dan bakal lebih berat kalo
aku terus-terusan kayak gini dan nggak bergerak.
Aku bangun
dan ambil wudhu, trus menjalankan ibadah. Aku berkomunikasi di mana cuma aku
dan Tuhan yang tau. Kemudian ngerjain kewajibanku lainnya. Aku harap semangatku
ini nggak bakal pernah pudar.
Aku harus
bisa membanggakan kalian!
Friday, May 18, 2012
Belajar bikin blog
Blog. Blogging. Blogger.
Aku kenal blog udah lama, ngerasa udah sejak 1 abad yang lalu. Tapi sebenernya baru tau dari SMP.
Pertama kali denger kata "blog", pikiranku langsung lari ke perusahaan modern with the high building sampe 30 lantai lebih, punya banyak karyawan dan komputer, office boy, dan direkturnya udah bapak-bapak (lho?). Nah, "blog" ini adalah "sesuatu" yang diotak-atik sama karyawan-karyawan yang kerja di perusahan itu. Sakral banget pokoknya. Jadi, pas Pak Budi (guru TIK SMP ku) nyuruh murid-muridnya belajar bikin blog, aku sama sekali nggak tertarik.
Tapi pas aku udah mulai bikin blog(karena tugas), dari bikin judul dan ngutak-atik template di blog pertamaku, lama-lama lumayan seru juga, gampang bikinnya. Nggak kayak yang aku bayangin sebelumnya . Cuma pas itu aku masih malu-malu nulis, maklum, baru kenal sama internet, jadi nggak banyak referensi tentang dunia jarsos. Mau online juga masih susah, sumpah itu jaman bahula banget. Sekarang blog pertamaku nggak tau deh gimana keadaannya. Innalilahi :(
Jaman udah makin canggih, Teknologi Informasi juga udah jadi makanan sehari-hari buat kaum modern dari kalangan ekonomi bawah sampe atas, dan usia anak-anak sampe embah-embah. Nah buat kalangan ABG, sekarang mereka seakan-akan wajib punya facebook dan twitter. Betul? walaupun sebenerya cuma sunnah si. Tapi untuk "blog", sampai saat ini kayaknya belum booming banget ABG yang punya blog. Tapi liat aja, kelak beberapa tahun lagi, maybe setiap ABG yang ngerasa gaul pasti punya blog! hahahahahahaha (ngapain ketawa ya? -_-)
Blog ku ini mungkin bakal sering aku isi catatan pribadi or just be my diary aja, yang ringan-ringan dulu. Sorry kalo isinya curhatan yang nggak begitu penting. I'm just a girl yang pikirannya masih cetek. Tapi yang pertama, aku pengen kalian juga ikut menikmati indahnya menulis. So, right now friends, menulislah dari sekarang! ;)
Aku kenal blog udah lama, ngerasa udah sejak 1 abad yang lalu. Tapi sebenernya baru tau dari SMP.
Pertama kali denger kata "blog", pikiranku langsung lari ke perusahaan modern with the high building sampe 30 lantai lebih, punya banyak karyawan dan komputer, office boy, dan direkturnya udah bapak-bapak (lho?). Nah, "blog" ini adalah "sesuatu" yang diotak-atik sama karyawan-karyawan yang kerja di perusahan itu. Sakral banget pokoknya. Jadi, pas Pak Budi (guru TIK SMP ku) nyuruh murid-muridnya belajar bikin blog, aku sama sekali nggak tertarik.
Tapi pas aku udah mulai bikin blog(karena tugas), dari bikin judul dan ngutak-atik template di blog pertamaku, lama-lama lumayan seru juga, gampang bikinnya. Nggak kayak yang aku bayangin sebelumnya . Cuma pas itu aku masih malu-malu nulis, maklum, baru kenal sama internet, jadi nggak banyak referensi tentang dunia jarsos. Mau online juga masih susah, sumpah itu jaman bahula banget. Sekarang blog pertamaku nggak tau deh gimana keadaannya. Innalilahi :(
Jaman udah makin canggih, Teknologi Informasi juga udah jadi makanan sehari-hari buat kaum modern dari kalangan ekonomi bawah sampe atas, dan usia anak-anak sampe embah-embah. Nah buat kalangan ABG, sekarang mereka seakan-akan wajib punya facebook dan twitter. Betul? walaupun sebenerya cuma sunnah si. Tapi untuk "blog", sampai saat ini kayaknya belum booming banget ABG yang punya blog. Tapi liat aja, kelak beberapa tahun lagi, maybe setiap ABG yang ngerasa gaul pasti punya blog! hahahahahahaha (ngapain ketawa ya? -_-)
"Karena jiwa muda tidak pernah berhenti berusaha untuk maju."Aku sendiri mulai bikin blog bukan karena ngerasa "gaul"(opoo to), tapi sekedar pengen belajar nulis. "Setiap orang bisa karena biasa." Aku pengen bisa nulis. Makanya aku pengen mulai ngebiasain nulis. Biar kelak bisa bikin karya tulis buat kontribusi sekolah, misal aku jadi guru nanti :) amin.
Blog ku ini mungkin bakal sering aku isi catatan pribadi or just be my diary aja, yang ringan-ringan dulu. Sorry kalo isinya curhatan yang nggak begitu penting. I'm just a girl yang pikirannya masih cetek. Tapi yang pertama, aku pengen kalian juga ikut menikmati indahnya menulis. So, right now friends, menulislah dari sekarang! ;)
Subscribe to:
Posts (Atom)