Thursday, June 18, 2015

Kisah klasik

Kisah...
Sebuah kisah-kisah diajarkan, agar kelak, atau nanti saat matari berada diubun-ubun, kisah itu dipergunakan jadi pegangan bila keadaannya berpulang pada diri kita sendiri.

Bukan karma, melainkan arus kenyataan. Semua orang juga tahu kalau tak ada yang tidak mungkin. Bisa saja jam satu siang nanti kau mendapat hadiah rumah dari undian belanja. Atau menemukan uang limaribu di laci warnet. Atau bisa saja terkena kutuk yang tiba2 membuatmu terkena penyakit kulit yang disembuhkan dengan obat seharga dua juta. Atau putus setelah berpacaran 12tahun.
Sering aku mendengar orang-orang bercuap, berpikir-menemukan pemecah masalah untuk orang lain, menasehati dengan cakap. Begitu fasih layaknya ustad di bulan suci. Namun pabila satu jam kemudian datang masalah serupa pada si penasehat itu sendiri, mendadak kosong pikirannya. Lupa. Seakan di penghujung jalan buntu, ia hanya akan bertemu batu.

Masalah dan marah, siapa manusia di dunia ini yang tidak punya. Dan lupa. Siapa yang dapat menanggung. Mungkin dari situlah sahabat diperlukan. Ia yang akan memberitahu kalau dijalan buntu masih bisa berbalik arah dan amhil jalan lain. Tak ada kondisi tanpa penyelesaian di dunia ini. Bunuh diri pun merupakan penyelesaian, dengan resiko, mati tentunya.
Itulah guna punya sahabat. Yang tak akan buatmu mati sia-sia. Tidak hanya saling memperingati, namun sekedar diingatkan yang pernah diucapkan juga cukup penting. Tak seperti psikolog yang hanya dibutuhkan kala ada masalah. Tapi, apakah psikolog punya masalah? Apakah dia punya sahabat?