Setiap kata punya makna. Lalu kata demi kata dapat tertulis-terbaca-terlantun-terdengar mengalir seperti arus sungai beserta biota yang hidup. Tiap kata yang terurai bisa kita rangkai menjadi kalimat yang merangkum berbagai makna menjadi nyanyian bimbang atau puisi yang indah. Sekedar kalimat mungkin bisa terabaikan. namun siapa dapat menahan jari-jari yang menari dan membungkam hati yang bernyanyi?
Thursday, June 28, 2012
Saturday, June 23, 2012
Tentang Kretek
Saat ini, banyak pemikiran negatif yang terlintas di benak
masyarakat jika mendengar kata “kretek”. Kretek seakan menjadi musuh hidup
bangsa yang menyebabkan kerugian ekonomi, polusi udara, timbulnya penyakit, hingga
kematian.
Namun tahukah kalian?
Kretek merupakan budaya asli Indonesia seperti halnya
budaya-budaya lain yang masih butuh perhatian bangsanya sendiri. Kretek merupakan
sejarah bangsa. Kata "kretek" merupakan adopsi dari bahasa jawa yang berarti jembatan. Nah jembatan di sini merupakan analogi dari jembatan menuju sosialisasi pembicaraan antar pengkretek. Selain itu ada juga yang menyebutkan karena saat dihisap kretek meengeluarkan bunyi kretek..kretek.. Dan tahukah kalian bahwa kretek juga sangat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan negara?
Banyak hal-hal positif yang diambil dari kretek disamping sekedar isu-isu negatif atas penggunaan kretek.
Banyak hal-hal positif yang diambil dari kretek disamping sekedar isu-isu negatif atas penggunaan kretek.
Walaupun aku perempuan dan bukan pengkretek, namun aku ikut prihatin dengan pandangan-pandangan masyarakat dan peraturan-peraturan pemerintah yang semakin menyudutkan eksistensi budaya kretek ini.
Nah, di tulisan yang aku buat ini akan diungkapkan segala kelebihan tentang
kretek dan pengaruh besarnya terhadap pribadi hingga perkembangan negara dari
berbagai sisi. Semoga bisa meluruskan pandangan miring kalian tentang kretek.
Hidup bukan
matematika
“Hidup ini tidak sesederhana hitung-hitungan ekonomi”
Banyak pemisalan-pemisalan yang dibuat untuk menghitung
pengeluaran dana untuk membeli rokok per harinya. Perhitungan ini memberi
nominal akan kerugian pribadi hingga puluhan juta rupiah yang dikeluarkan
akibat membeli beberapa bungkus rokok pertahun.
Namun hidup ini tidak sesederhana hitung-hitungan ekonomi. Kebutuhan
pribadi tetentunya akan menyesuaikan terhadap aktivitas manusia. Hukum
pendapatan mengatakan semakin tinggi pendapatan maka akan semakinn tinggi pula
tingkat konsumsinya. Jadi, walaupun seorang perokok dinyatakan berhenti untuk
merokok, tidak menjamin dia bisa mendapat keuntungan sebesar nominal harga
rokok yang dikeluarkannya saat merokok. Kebutuhan-kebutuhan baru mungkin akan
muncul seiring aktivitas orang tersebut mengganti kebutuhan merokok.
Kretek bukan rokok
Saat ini banyak kemiripan antara macam bentuk kretek dan
rokok. Meskipun keduanya sama-sama berbahan dasar tembakau, namun banyak yang
salah penafsiran tentang kretek.
Kretek berbeda dengan rokok. Kretek mempunyai cita rasa khas
Indonesia. Tidak hanya berbahan tembakau, namun kretek juga mengandung campuran
bunga cengkeh dan saus-saus tertentu dalam pembuatannya. Hal ini yang menjadikan rasa kretek berbeda
dengan rokok yang hanya berbahan dasar tembakau.
Kretek mempunyai sejarah tersendiri. Konon kretek awalnya dikenalkan
oleh pribumi muslim asal Kudus bernama H.Djamhari pada sekitar tahun 1880. Fungsi utamanya kretek saat
itu adalah sebagai obat sesak napas (melalui cengkehnya yang terkenal sebagai
penghilang rasa sakit). Namun kini fungsi kretek telah berkembang menjadi
budaya baru indonesia yaitu “Budaya Mengkretek.”
Di dunia banyak cara mengkonsumsi tembaku. Di suku Indian yang
dikenal istilah “bermain asap”. Lalu budaya itu menyebar ke eropa menjadi
budaya baru yaitu cigarum. Seiring perkembangan jaman, budaya rokok menyebar
dan beradaptasi ke seluruh belahan dunia termasuk Indonesia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cita rasa, sejarah,
dan bahan dasar keretek berbeda
dengan rokok. Keretek bukan rokok.
Gerakan anti rokok
Keuntungan atas rokok dan kretek bukan hanya dinikmati oleh
petani tembakau, buruh pabrik rokok, pedangan asongan, tapi juga pada kita
semua. Dari tahun ke tahun pendapatan yang didapat dari penjualan kretek terus
meningkat, hal ini tentu saja berdampak pada pendapatan negara. Namun kini
tingkat pendapatan negara melalui rokok mulai turun drastis karena mulai adanya
peraturan peratuan dan kesepakatan baru antara perusahaan-perusahaan farmasi
dan lembaga global lainnya.
Pihak tersebut antara lain adalah Bill and Melinda gates
fondation, Glaxos mith line, Pfizer, dan Bloomberg Fniatires yang disponsori
oleh WHO. Mereka lalu mengadakan pertemuan yang didatangi oleh anggota-anggota
lembaga dari seluruh negara di dunia. Masing-masing dari negara termasuk Indonesia
dibagikan sejumlah uang untuk kemudian dibuat “Gerakan anti rokok sedunia”.
Tujunnya?
Menghancurkan industri kretek nasional dan kemandirian
bangsa Indonesia.
Merokok adalah hak
Kretek adalah barang legal. Mengkretek bukan tindakan
kriminal. Setiap orang mempunyai hak untuk memilih antara mengkretek atau tidak
mengkretek. Hal itu menjadi keputusan dan tanggung jawab pribadi. Masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat yang beretika dan bertanggung jawab. Bentuk dari
tanggung jawab pribadi bagi pengkretek yaitu mengkretek dengan etika dan sadar
akan kepentingan umum. Yakni sadar akan lingkungan sekitar, waktu, dan umur(minimal
18 tahun). Sudah saatnya kita saling menghormati dan menghargai hak antara
perokok dan bukan perokok.
Mitos
Beberapa lembaga kesehatan yang modern mengemukakan bahwa
rokok mengandung zat berbahaya yang merusak tubuh dan menyebabkan kematian.
Namun kini terdapat sanggahan dengan hasil yang berbeda. diketahui
bahwa Jepang yang terkenal sebagai perokok berat, jauh lebih rendah tingkat
kematiannya(karena kanker paru-paru) dibandingkan Amerika yang tingkat konsumsi
rokoknya rendah. Setelah diteliti ternyata hal tersebut disebabkan karena pola
makan penduduk amerika tinggi akan lemak. Hal ini berkebalikan dengan rata-rata
konsumsi penduduk Jepang yang rendah lemak.
Jadi, konsumsi rokok tidak bisa dijadikan faktor tunggal
atas timbulnya penyakit. Konsumsi rokok tentunya tidak banyak berpengaruh buruk
terhadap tubuh jika dibarengi dengan konsumsi dan pola hidup yang seimbang
seperti konsumsi protein, sayur buah, karbohidrat, serta olahraga dan istirahat
teratur.
Ruang Khusus
Perokok mempunyai ruang bebas merokok di tempat yang tidak
ada larangan merokok (semacam warung kopi). Namun di lingkungan publik, lambang
larangan merokok kini semakin bnyak ditemui dan perokok semakin merasakan
keterbatasan dalam merokok.
Seperti halnya peringatan “dilarang membuang sampah
sembarangan” sebagai solusinya harus disediakan tempat sampah, “dilarang
kencing sembarangan” harus disediakan WC umum, maka peringatan “dilarang
merokok” juga perlu diberi jalan keluar dengan dibuat Ruangan khusus merokok. Pembuatan
larangan merokok tanpa disertai ruangan khusus merokok merupakan keputusan yang
tidak adil baik bagi perokok dan bukan perokok. sama halnya pemberi peringatan
tidak mempertimbangkan hak pribadi seseorang (untuk merokok).
Menuju jalan
sejahtera
Pajak adalah pungutan wajib yang ditarik pemerintah untuk
kesejahteraan rakyat. Untuk menuju kesejahteraan rakyat maka perlu adanya subsidi
pemerintah melalui pajak tersebut dalam pembangunan sekolah, pasar, rumah
sakit, jalan, dan layanan publik lainnya.
Rokok merupakan pendapatan devisa terbesar negara. Nilai
penjualan rokok secara nasional mencapai Rp 200 triliun per tahunnya. Data
Departemen Pertanian tahun lalu menyebutkan nilai ekspor rokok meningkat
sebesar 11,62 persen. Dari tahun sebelumnya yang hanya 375,6 juta dollar AS
menjadi Rp 419,27 AS pada 2009.
Di samping itu penerimaan cukai yang disumbang pada
pendapatan negara mencapai angka Rp 62,7 triliun pada tahun 2011. Data ini
meningkat dari dari tahun 2010 yang senilai Rp 59,2 triliun. Angka ini
diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang karena kebijakan
yang diambil pemerintah untuk menaikkan harga cukai rokok.
Maka bisa dikatakan kretek adalah jalan kesejahteraan bagi
masyarakat indoneesia.
UU bagi perokok
Undang-undang adalah peraturan yang dibuat oleh lembaga-lembaga
dan pejabat negara yang mengikat seluruh masyarakat secara umum. Undang-undang
diciptakan dalam rangka menuju kesejahteraan bersama.
Bagaimana dengan uu tentang rokok? Saat ini kaum perokok
merupakan perokok yang tidak berlembaga dan tidak mempunyai hak untuk bersuara
ketika muncul aturan-aturan tentang rokok yang terus dibentuk. Begitu juga rakyat
yang berperan langsung dalam terbentuknya kretek(produsen). Sudah saatnya ada
lembaga dan UU yang melindungi pihak perokok secara adil.
Pelanggaran tidak sepenuhnya terjadi karena ketidakpatuhan
aturan. Pelanggaran bisa juga terjadi karena kesalahan membuat aturan. Seperti halnya
peraturan larangan merokok di setiap sudut ruangan publik yang membuat sesekali
perokok tidak mentaati peraturan tersebut karena tidak adanya ruangan pribadi
untuk perokok.
Kuasa anti rokok
Para kuasa rokok terus membuat peraturan-peraturan baru
tentang rokok tanpa memperhitungkan nasib para produsen dan konsumen rokok.
Penulisan larangan merokok dalam bungkus rokok, cukai yang sangat tinggi, pembatasan
iklan rokok di media massa, hingga pembatasan jumlah produksi rokok dengan
rendah hati dituruti oleh pihak produsen. Para penganut anti-rokok pun semakin
membatasi ruang gerak konsumen kretek dan rokok.
Banyak peraturan yang dibuat para gerakan anti-rokok yang
menekan budaya dan ekonomi apalagi hal ini dilakukan untuk menguasai ekonomi
bangsa. Namun kretek adalah budaya Indonesia yang tidak akan mati
Indonesia republik
kretek
Dengan gempuran modal politik dan lembaga politik
internasional, mungkin kretek akan benar-benar hilang di Indonesia. Modus serupa
dialami oleh produk-produk nasional unggulan seperti kopra, garam dan gula.
Vonis medis, perundang-undang, dan pengkondisian ekonomi lah
yang semakin menjatuhkn produk tersebut. Ketergantungan kepada komunitas asing
pun diciptakan.
Masa jaya kopra hancur saat terdapat vonis bahwa kopra
mengandung lemak jenuh yang tinggi. Kehilangan kejayaan garam nasional juga disebabkan
oleh modus yang kurang lebih sama, dan gula juga merasakan demikian akibat
sistem perdangan global yang merugikan.
Nah, kretek merupakan komoditas nasional yang tersisa dan makin
terancam keberadaannya. Kita sebagai rakyat indonesia yang menjungjung tinggi
budaya harusnya ikut menjaga keberadan kretek. Yang diperlukan adalah
keberanian, kepercayaan diri, dan dukungan-dukungan untuk menjadikan Indonesia
sebagai negara yang berdaulat dan bermartabat.
“Seharusnya mereka bisa memanfaatkan industri yang bisa
berdiri di kaki sendiri ini, dibesarkan, dilindungi, termasuk caranya beriklan
segala macam dilindungi. Lalu kemudian mereka sebetulnya bisa diberi kesempatan
menjadi captain of industry, menjadi
pintu untuk berdirinya kekuatan nasional, pintu untuk pembukaan nasional dan
modal dalam negeri supaya mereka akhirnya bisa membantu industri hulu.
Oleh karena itu, dari segi etika dan dari segi hukum yang
bebas dari aspirasi penjajah kita harus menaruh perhatian pada faktor ini dan
akhirnya kalau alasannya kesehatan dal lain sebagainya itu tidak fair. Junk food merajalela tapi karena
itu dari kekuatan asing yang dilindungi, tapi kekuatan dalam negeri di mana
saja akan di tekan demi hegemoni utara, hegemoni kekuatan pembangunan,
kapitalisme liberal ataupun kapitalisme partai.
Saya kira kita sebagai bangsa harus melawan kakuatan itu dan
harus dengan rajin dan dengan setia,dengan semangat patriotik membela
kesempatan-kesempatan bangsa kita untuk bangkit terutama di bidang ekonomi
pembangunan.” (WS. Rendra)
Banyak orang mengatakan kretek atau rokok menyebabkan polusi
udara dan meracuni paru-paru para perokok pasif. Jika dibandingkan dengan polusi
udara yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor yang meracuni udara bumi hingga
60-70%, dan 30 %nya adalah polusi dari kebakaran hutan,pembakaran sampah
danlain-lain. Maka sebenarnya masih sangat kecil presentase polusi yang ditimbulkan dari penggunaan rokok dan kretek.
Jadi, masih burukkah pandangan kalian terhadap kretek?
Apakah kalian masih ingin berusaha memusnahkan kretek, atau sebaliknya
mendukung perkembangan bangsa Indonesia melalui produksi kretek nasional dan menghargai para pengkretek di sekitar kita?
Daftar pustaka:
DM, Abhisam, dkk. Membunuh Indonesia. 2011. Jakarta selatan: Penerbit kata-kata.
VCD "Mat Kretek"
Thursday, June 21, 2012
Kisahku di sore tadi
Sore itu, aku berencana bersepeda sendirian hanya untuk cari makan. Dengan celana bola dan kaos raglan polos aku turun dari kos menuju warung. Tapi setelah makan, ada keinginan untuk lanjut bersepeda nikmati senja Yogyakarta. akhirnya aku memutar sepeda ke arah berlawanan dengan arah jalan menuju kos.
Entah kenapa, bersepeda aku jadi menikmati perjalanan. Jalan yang sehari-hari aku lewati menuju kampus jadi berasa beda. Jalan jadi nampak hidup. Aku bisa melihat embah-embah yang duduk di depan rumah, bapak-bapak kuli bangunan yang beristirahat sambil menikmati kretek setelah bekerja seharian, melihat tukang-tukang becak yang sedang bercanda gurau, dan ibu-ibu yang mengawasi anak-anaknya yang sedang bermain riang,.
“monggoo..” sapaku sambil sedikit menunduk dan memberi senyumku.
“nggih, nggih monggo mbak” jawab mereka serentak penuh senyum keramahan.
Ah, indahnya kota ini. Kota yang terkenal dengan keramahan penduduknya. Lalu aku melanjutkan perjalanan.
Saat melewati jalan raya, suasana berubah. Mobil-mobil dan motor saling balap satu sama lain dan mengeluarkan asap serta suara bisingnya. Jarang aku liat orang yang bersepeda. Tidak seperti dulu. Masih ingat aku saat jaman SD, saat masih jarang orang yang punya motor, jalan seakan bersih. Dan lebih sering aku liat orang menaiki sepeda. Sekarang memang sudah berubah. Dan kita melihat keadaan sekarang menjadi keadaan yang biasa.
Saat lampu lalulintas sagan berubah merah, aku berhenti. Tiba-tiba ada seorang anak kecil 5tahunan yang berjalan ke depan lampu merah. Ia membawa sebuah gelas plastik bekas minuman. Ya, seorang anak pengemis. Tapi di wajahnya tidak ada gambaran kemiskinan sama sekali. Wajahnya riang, ia merentangkan kedua tangannya keatas sambil tertawa. Hatiku terenyuh. Bukan disini tempat bermainmu dek :(
anak kecil itu menghampiriku, bukan untuk meminta uang. aku yakin anak ini tidak ada keinginan untuk uang sama sekali, ia hanya terbudaya oleh ibunya yang juga mencari uang dengan cara yang demikian pada kendaraan dibelakangku. Anak kecil ini melihat sepedaku, mungkin karena aku satu-satunya pengguna sepeda diantara motor-motor saat itu. tanpa rasa malu dia menghampiriku, lalu mengesampingiku menyentuh ban belakang sepedaku. dia tidak melihat aku yang mengendarai sepeda yang disentuhnya. entah apa yang ada di benaknya. hanya saja terlihat sebuah keinginan di tatap matanya. untuk memiliki sepeda? ya mungkin. Pasti dia sangat ingin bersepeda layaknya anak-anak yang lain. tapi apa daya dia terlahir di keadaan keluarga yang berjuang di jalanan. sedih.
lampu merah berubah hijau, anak kecil itu kembali riang berlari ke pinggir jalan. dan aku meneruskan perjalananku.
aku berhenti di depan sebuah minimarket untuk membeli air minum. didepan minimarket ada seorang mas-mas yang sedang duduk ngegalau melihat jalan. saat aku datang, mas-mas itu berpindah fokus melihat sepedaku tapi tidak menghiraukan motor yang datang membarengi kedatanganku. sesekali membuang pandangan, tapi saat aku masuk ke minimarket, terlihat mas itu liat sepedaku lagi. apa mas-mas itu pengen punya sepeda juga seperti anak kecil tadi? ah bukan! ngaco..
gambaran orang bersepeda oleh orang-orang sekarang adalah aktivitas yang unik. apa orang yang bersepeda seakan terlihat seperti budaya yang beda sekarang? bukankah dulu transportasi masyarakat sebelum mayoritas menggunakan motor , mereka banyak yang menggunakan sepeda?
entahlah. tapi sekarang adalah jaman kejayaannya motor. motor yang mengotori udara di bumi ini. tapi motor sekarang seakan menjadi kebutuhan.
gambaran orang bersepeda oleh orang-orang sekarang adalah aktivitas yang unik. apa orang yang bersepeda seakan terlihat seperti budaya yang beda sekarang? bukankah dulu transportasi masyarakat sebelum mayoritas menggunakan motor , mereka banyak yang menggunakan sepeda?
entahlah. tapi sekarang adalah jaman kejayaannya motor. motor yang mengotori udara di bumi ini. tapi motor sekarang seakan menjadi kebutuhan.
keluar dari minimarket, aku memutuskan untuk pulang ke kos karena hari mulai gelap dan adzan maghrib sudah dikumandangkan.
ahh begitulah ceritaku di sore itu. aku jadi bisa menghargai apa yang aku miliki sekarang. yang kutau, hidup ini indah. :)
Bangga jadi orang jawa
Aku merasa sangat sangat beruntung telah lahir di pulau Jawa. Bapakku sebenarnya orang Bali, dan ibuku orang Jawa, dan aku lahir di Jawa.
Kalau kita mendengar kata "Bali" apa yang kita bayangkan? Pasti langsung tergambar pulau yang indah, kerajinan tangannya, ukiran dari kayu, tari pendet, kecak, tari barong, sajen, para beli(kakak lakilaki) yang memakai udeng, para mbok(kakak perempuan) yang memakai kebaya dan diikat sagen(kain ikat pingggang) serta rambut digelung, arsitektur rumah yang khas, agama hindu yang kuat, orang-orangnya yang ramah, hingga pantai bersih yang melambai-lambai mengundang turis-turis untuk datang. Keren sekali.
"Ooo ternyata kamu orang bali tho?" komentar teman-temanku saat tau kalau bapakku orang bali.
"Bukan, aku orang jawa." jawabku dengan muka datar.
"Ah kamu tu aneh, dibilang orang bali malah nggak mau."
"Hahahaha."
Aku cuma ketawa. Bukannya tidak mau dibilang orang bali. Aku juga senang dan bangga dibilang begitu. Tapi aku lebih bangga kalau dikenal sebagai orang jawa. Aku dibesarkan di jawa dan aku menguasai bahasa jawa. Makanya aku merasa sangat beruntung dilahirkan oleh orang tua dari kedua pulau keren itu.
Apa kerennya dari jawa? kenapa kamu lebih bangga disebut orang jawa daripada orang bali?padahal bali kan keren?
Lhooo, budaya Jawa itu keren sekali loh. bukan aku menganut etnosentrisme, semua budaya itu keren, hanya saja budaya Jawa itu istimewa kalau menurutku. Namun masyaraktnya saja yang sudah mulai lupa dan sedikit demi sedikit meninggalkan budayanya itu.
Jawa, khususnya jawa tengah mempunyai budaya dan tradisi yang sangat beragam. Jawa mempunyai seni lukis yaitu "batik". aku teringat dulu waktu jaman SD, batik identik dengan kondangan(undangan pernikahan) dan pemakainya adalah orang tua. remaja yang memakai batik malah dianggap aneh. namun syukur sekarang pandangan masyarakat sudah berubah. apalagi setelah kejadian saat negara tetangga akan mengclaim batik sebagai budayanya. akhirnya masyarakat mulai tersadar dan bangga mengenakan batik. apalagi saya yang lahir di kota batik(pekalongan). hehe :D
Jawa juga mempunyai kesenian suara. seperti gamelan, keroncong, campursari, dll. lagi-lagi yang disayangkan adalah musik ini identik dengan "musiknya orangtua". padahal dulu musik ini pernah berada di masa kejayaan, baik dikalangan orangtua maupun remaja, namun sekarang sudah tidak lagi. anak muda lebih senang mendengarkan musik manca berbahasa inggris atau korea. bagaimana dengan gamelan dan sinden? suara wanita yang menyinden malah dianggap serem dan bikin merinding. padahal kalo bisa bikin merinding berarti mereka sukses melantunkan lagu jawa dengan jiwanya. tapi bagaimana lagi? cara berpikir mereka sudah didoktrin dengan seramnya film-film horor indonesia. Ini yang membuat musik jawa semakin dihindari oleh orangnya sendiri. apalagi lagu dolanan seperti jamuran dan lir-ilir sudah jarang didengar di kalangan anak-anak. terus, siapa dong yang mau melestarikan?
Kesenian yang tak kalah menarik adalah wayang. Pernahkah kalian yang merasa orang jawa menonton wayang dan merasa tertarik menontonnya? kalo belum pernah, harusnya kalian "malu". apakah anggapan "wayang adalah tontonannya wong ndeso" yang membuat kalian jijik dengan wayang? sungguh miris..miriiis. Budaya wayang itu punya siapa? kalau ada negara tetangga yang akan mengclaim lagi, apa baru kita sadar dan marah?marah? kita saja nggak pernah nonton kok, apa hak kita marah?
untung UNESCO sudah mengakui wayangkulit sebagai budaya kita. Tau tidak? wayang merupakan karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi. tokoh dan watak dalam pewayangan itu menggambarkan bermacam-macam karakteristik manusia. baik buruk ada semua dikesenian itu. wayang itu mengajarkan kebaikan dari gambaran duniawi. sebenarnya kisahnya modern. namun entahlah apa yang membuat wayang dianggap kuno.
Kalau di bali ada pakaian adat bali, kita juga punya kan? hanya pemakaiannya saja yang sangat sangat jarang oleh masyarakat jawa itu sendiri. di hari-hari biasa, di bali, kita masih bisa melihat mbog-mbog yang memakai kebaya dan selendang melingkari perutnya. namun di jawa, kita hanya bisa lihat pada embah-embah. Jarik, kebaya, broklat, dan belangkon mungkin hanya bisa kita temui di acara pernikahan. sedihnya lagi kalau ada pernikahan orang jawa yang kostumnya mengenakan jas dan gaun putih menyerupai budaya luar.
Yang paling istimewa dalam budaya jawa adalah Tata krama berbahasanya. Bahasa jawa mempunyai tingkatan bahasa atau undhak-undhuk basa. jenisnya ada ngoko lugu, ngoko andhap, madhya, madhyantara, krama, krama inggil, bagongan, dan kedhaton. Dan yang aku kuasai hanya bahasa ngoko lugu. hahaha. sedih.. padahal tata krama perbahasaan ini banyak manfaatnya dan hikmahnya. dengan berbincang bahasa krama inggil dengan orangtua, orangtua akan merasa dihargai. asiknya lagi kalau menggunakan bahasa krama dengan pedagang sesama orangjawa di tempat wisata, kita bisa dikasih murah :)) aku kadang iri melihat temanku di kampung bisa berbincang bahasa krama dengan orang tua. mereka terlihat sopan, dibandingkan hanya berbahasa indonesia. ya sekarang aku mulai belajar lagi, mudah-mudahan bisa lancar nanti saat berbincang dengan mertua. hehe :p
Bahasa jawa tidak hanya berarti bahasa yang medhok namun ada juga bahasa ngapak. berdasarkan pengamatan, 80% orang yang tadinya berbahasa ngapak sekarang beralih menjadi berbahasa gaul loe gue. hal ini terjadi karena bahasa ngapak terkesan bahasa yang kasar, aneh, lucu, dan kampungan. sedih kalau sekarang kesannya seperti itu. tidak ada rasa penghargaan sama sekali terhadap budayanya. padahal bahasa ngapak kan hanya ada di indonesia, siapa lagi coba yang akan menjaga, selain penduduk ngapaknya itu sendiri?
Masih sangat banyak macam-macam budaya di jawa. kerajaan, tulisan hanacaraka, ketoprak, ludruk, makanan khas, tradisi-tradisi, mitos-mitos, dongeng, hingga hantu jawa(demit, tuyul) -_-
semuanya menarik. tapi kadang kita yang lupa karena dibutakan oleh jaman modernisasi. sikap apatis masyarakat sekarang membuat kita lupa kalau kita mempunyai banyak budaya yang diincar negara lain. oleh karena itu kita wajib tau. setidaknya cukup berbahasa jawa, kita bisa menyelamatkan budaya jawa dari kepunahan budaya. jangan malu untuk membanggakan budaya kita masing-masing.
Jawa juga mempunyai kesenian suara. seperti gamelan, keroncong, campursari, dll. lagi-lagi yang disayangkan adalah musik ini identik dengan "musiknya orangtua". padahal dulu musik ini pernah berada di masa kejayaan, baik dikalangan orangtua maupun remaja, namun sekarang sudah tidak lagi. anak muda lebih senang mendengarkan musik manca berbahasa inggris atau korea. bagaimana dengan gamelan dan sinden? suara wanita yang menyinden malah dianggap serem dan bikin merinding. padahal kalo bisa bikin merinding berarti mereka sukses melantunkan lagu jawa dengan jiwanya. tapi bagaimana lagi? cara berpikir mereka sudah didoktrin dengan seramnya film-film horor indonesia. Ini yang membuat musik jawa semakin dihindari oleh orangnya sendiri. apalagi lagu dolanan seperti jamuran dan lir-ilir sudah jarang didengar di kalangan anak-anak. terus, siapa dong yang mau melestarikan?
Kesenian yang tak kalah menarik adalah wayang. Pernahkah kalian yang merasa orang jawa menonton wayang dan merasa tertarik menontonnya? kalo belum pernah, harusnya kalian "malu". apakah anggapan "wayang adalah tontonannya wong ndeso" yang membuat kalian jijik dengan wayang? sungguh miris..miriiis. Budaya wayang itu punya siapa? kalau ada negara tetangga yang akan mengclaim lagi, apa baru kita sadar dan marah?marah? kita saja nggak pernah nonton kok, apa hak kita marah?
untung UNESCO sudah mengakui wayangkulit sebagai budaya kita. Tau tidak? wayang merupakan karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi. tokoh dan watak dalam pewayangan itu menggambarkan bermacam-macam karakteristik manusia. baik buruk ada semua dikesenian itu. wayang itu mengajarkan kebaikan dari gambaran duniawi. sebenarnya kisahnya modern. namun entahlah apa yang membuat wayang dianggap kuno.
Kalau di bali ada pakaian adat bali, kita juga punya kan? hanya pemakaiannya saja yang sangat sangat jarang oleh masyarakat jawa itu sendiri. di hari-hari biasa, di bali, kita masih bisa melihat mbog-mbog yang memakai kebaya dan selendang melingkari perutnya. namun di jawa, kita hanya bisa lihat pada embah-embah. Jarik, kebaya, broklat, dan belangkon mungkin hanya bisa kita temui di acara pernikahan. sedihnya lagi kalau ada pernikahan orang jawa yang kostumnya mengenakan jas dan gaun putih menyerupai budaya luar.
Yang paling istimewa dalam budaya jawa adalah Tata krama berbahasanya. Bahasa jawa mempunyai tingkatan bahasa atau undhak-undhuk basa. jenisnya ada ngoko lugu, ngoko andhap, madhya, madhyantara, krama, krama inggil, bagongan, dan kedhaton. Dan yang aku kuasai hanya bahasa ngoko lugu. hahaha. sedih.. padahal tata krama perbahasaan ini banyak manfaatnya dan hikmahnya. dengan berbincang bahasa krama inggil dengan orangtua, orangtua akan merasa dihargai. asiknya lagi kalau menggunakan bahasa krama dengan pedagang sesama orangjawa di tempat wisata, kita bisa dikasih murah :)) aku kadang iri melihat temanku di kampung bisa berbincang bahasa krama dengan orang tua. mereka terlihat sopan, dibandingkan hanya berbahasa indonesia. ya sekarang aku mulai belajar lagi, mudah-mudahan bisa lancar nanti saat berbincang dengan mertua. hehe :p
Bahasa jawa tidak hanya berarti bahasa yang medhok namun ada juga bahasa ngapak. berdasarkan pengamatan, 80% orang yang tadinya berbahasa ngapak sekarang beralih menjadi berbahasa gaul loe gue. hal ini terjadi karena bahasa ngapak terkesan bahasa yang kasar, aneh, lucu, dan kampungan. sedih kalau sekarang kesannya seperti itu. tidak ada rasa penghargaan sama sekali terhadap budayanya. padahal bahasa ngapak kan hanya ada di indonesia, siapa lagi coba yang akan menjaga, selain penduduk ngapaknya itu sendiri?
Masih sangat banyak macam-macam budaya di jawa. kerajaan, tulisan hanacaraka, ketoprak, ludruk, makanan khas, tradisi-tradisi, mitos-mitos, dongeng, hingga hantu jawa(demit, tuyul) -_-
semuanya menarik. tapi kadang kita yang lupa karena dibutakan oleh jaman modernisasi. sikap apatis masyarakat sekarang membuat kita lupa kalau kita mempunyai banyak budaya yang diincar negara lain. oleh karena itu kita wajib tau. setidaknya cukup berbahasa jawa, kita bisa menyelamatkan budaya jawa dari kepunahan budaya. jangan malu untuk membanggakan budaya kita masing-masing.
Bangga dadi wong Jawa ;)
Saturday, June 16, 2012
"Jaman Edan"
Akhir-akhir ini aku begitu mengagumi budaya Jawa, budayaku sendiri sejak lahir. haha cupunya anak ini. namun lebih baik sadar baru sekarang daripada tidak sama sekali. dan daripada anak muda masa kini yang lebih membanggakan bahasa gaul atau londo (baca: inggris) untuk dijadikan bahasa kesehariannya dan menampar bahasa jawa dalam hidupnya. *miris
Sebenarnya konon, jare-jarene, dulu orang jawa sudah merelakan bukan "bahasa jawa" yang menjadi bahasa nasional Indonesia melainkan Bahasa Indonesia. padahal jika dipikirkan kembali, jumlah penduduk Idonesia terbanyak berada di jawa dan harusnya orang jawa bisa dengan mudah mengendalikan bahasa atau menguasai budaya yang ada di indonesia. Namun nyatanya tidak demikian, mereka rela bahasa mereka dikesampingkan karena orang jawa tetap menghargai perbedaan dan mengalah demi tercapainya persatuan Indonesia. Persatuan Indonesia? apakah Indonesia masih bersatu? pikir sendiri. Hanya butuh kesadaran untuk memperjuangkannya.
Budaya Jawa memiliki banyak jenis kesenian, termasuk didalamnya seni tulis. Ada sebuah karya yang sangat aku kagumi yaitu Sinom karya Ronggowarsito dan Ramalan Jayabaya. Keduanya membahas tentang kekacauan moral bangsa saat ini. "Hebat" kalau menurutku. Karena karya ini sudah sejak lama ditulis jauh sebelum ada sentuhan teknologi masa kini. Ronggowarsito pada tahun 1860M bahkan Joyoboyo pada kerajaan kediri sekitar tahun 1150M. Karya dari pujangga tersebut bisa dibilang sebagai "ramalan" yang benar adanya jika disesuaikan dengan jaman sekarang, jaman edan. dan aku sampai merinding saat membaca ramalan Jayabaya bait demi bait.
tembang Sinom dalam Serat Kalatidaartinya:
Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Melu edan nora tahan
Yen tan melu anglakoni
Boya keduman milik
Kaliren wekasanipun
Dilalah kersaning Allah
Begja-begajne kang lali, luwih begja kang eling lan waspada
Zaman Edan - Raden Ngabehi Ranggawarsita
Mengalami zaman edan/gila
Serba sulit menentukan perilaku
Mau ikutan berbuat gila, tidak tahan
Kalau tidak ikutan
Tidak kebagian rejeki ( uang, harta)
Untungnya sudah menjadi kehendak Allah
Sebahagianya orang yang lupa, masih lebih bahagia orang yang sadar dan waspada.
Friday, June 8, 2012
Aku suka diskusi
Budaya kritis telah menjamur di lingkunganku. Benar, karena
aku sudah jadi mahasiswa sekarang. Mahasiswa identik dengan pemikiran
kritisnya. Orang kritis itu keren menurutku. Untuk jadi orang kritis, selain
fakta pasti butuh inspirasi juga bukan? Barusaja aku menemukan inspirasi-inspirasi
baru. Aku menemukan orang-orang kritis yang baru aku temui . Aku masih kagum,
sebenarnya darimana mereka mendapat inspirasi secemerlang itu? Berapa abad
mereka belajar berbicara fasih mengungkapkan dinamika hidup? Aku ingin seperti mereka, bisakah?
Tadi malam aku mengikuti sebuah diskusi. Diskusi rumah hujan. Ikut sertaku
yang pertama setelah sebelumnya selalu berhalangan dan penasaranku tentang
diskusi ini sudah terlewati. Awalnya diskusi rumah hujan hanya membicarakan
tentang ruang lingkup dan visi misi serta rancangan kegiatan rumah hujan. Namun
ternyata pembicaraannya meluas.
Ternyata seru, sangat seru bahkan. Membicarakan pembicaraan
orang dewasa. Tentang masa depan, seni, anak jalanan, pendidikan, hukum, makanan,
rokok, kebobrokan Negara, sampai kiamat. Haha. Namun tetap banyak imajinasi
disini. Kadangkala kita juga perlu keseriusan dalam hidup dan ikut memikirkan
oranglain. Itu yang aku tangkap.
Aku tidak berbicara banyak. Aku bukan orang yang pandai
berbicara seperti orang dewasa. Namun aku masih anak kecil yang selalu ingin
tau. Aku mendengar banyak opini dari banyak manusia. Tapi aku hanya sedikit
bertanya, maklum baru pertama ikut diskusi dalam kelompok. Sebenarnya aku sudah
sering berdiskusi seperti ini, namun hanya dengan dua tiga orang. Ternyata
menyesuaikan diri dalam orang banyak lumayan susah. Masih banyak tanda tanya di
otak ini, dan masih terkumpul banyak kalimat yang belum sempat terucap yang
membuat sesekali jantung berdegup agak lebih kencang. Ya, kalau belum
mengatakan yang sebenarnya kita tau, rasanya belum plong. Tapi ini seperti
tantangan baru bagiku untuk aku ungkap di diskusi selanjutnya. Aku belajar
disini.
Hey, diskusi ini keren. Cobalah ikut sesekali. Kamu akan merasa berada di langit dan melihat dunia dengan teropong bumimu. Melihat detailnya sifat dan aktivitas kelompok-kelompok manusia kemudian kita ceritakan pandangan-pndangan kita satu sama lain. Lalu ditemukan kesimpulan, seperti menemukan keindahan saat menaiki bukit yang mampu kita lalui bersama.
Hey, diskusi ini keren. Cobalah ikut sesekali. Kamu akan merasa berada di langit dan melihat dunia dengan teropong bumimu. Melihat detailnya sifat dan aktivitas kelompok-kelompok manusia kemudian kita ceritakan pandangan-pndangan kita satu sama lain. Lalu ditemukan kesimpulan, seperti menemukan keindahan saat menaiki bukit yang mampu kita lalui bersama.
Lupakan sejenak galaumu. Mulailah berpikir kritis. Entah dengan temanmu, bapakmu,
dosenmu, laptopmu, buku diarymu, dengan otak mu sendiri atau dengan tembok! :D
Haha maaf agak berlebihan
Haha maaf agak berlebihan
Wednesday, June 6, 2012
Bosan
Belum bosankah kalian dengan obrolan kekayaan orang lain?
Dengan nominal harga produk negara lain?
Dengan kecanggihan produk smartphone baru kalian?
Dengan kontroversi artis yang tidak akan merubah nasib bangsa dari garis kemiskinan?
Dengan baju di toko yang merayu kalian?
Dengan pangkat?
Dengan agama yang mentidakbolehkan?
Atau dengan cinta monyet yang kalian idam-idamkan?
Taukah kalian, kalau rumput-rumput yang setiap hari kalian injak mempunyai teman di atas bukit sana?
Taukah air yang kalian minum berinduk di air terjun dibalik bukit itu?
Taukah bahwa disana ada sekelompok manusia yang tidak pernah kalian kenal sebelumnya?
Taukah kalau mereka menarik untuk diajak berbagi kisah?
Taukah kalau ada pantai yang memiliki malam yang menakjubkan?
Indah..sungguh..sangat indah dan mengagumkan..
Temukan! Curi obrolan baru dari sana
Warnai hidupmu dari hitam putihnya perkotaan
Lupakan semua lembar kertas beruliskan angka yang selalu men"tuan"imu
Jadilah manusia yang bebas disana
Berteriaklah.......!!!
Kalau tidak ingin hidupmu sedatar dan sepucat tembok kosanmu!
Kain yang mulia
ni hanya sebuah coret-coretan pribadiku, kalau
tidak setuju, coret saja. :D
Aku berada di jaman dimana idealisme berpakaian dijunjung tinggi, dan fashion dijadikan “simbol”. Dan aku termasuk minoritas dalam perbedaan berpakaian di lingkunganku. Saat ini hanya lingkunganku. Berkali-kali sindiran menyiprat-nyiprat, namun ludah itu hanya mengering, dan aku hanya tertawa kecil sembari miris dalam hati.
Aku muslim, dan aku perempuan yang tidak berjilbab saat ini. Dan saat ini pula, aku dianggap menyimpang karena budaya memakai jilbab bagi perempuan telah tumbuh kuat dengan sendirinya. Aku tidak pernah menyalahkan siapapun. Terdengar ada yang mengatakan aku cewek yang ketinggalan jaman. Tapi apa semua hanya dijadikan jaman-jamanan? Berarti kita hanya jadi korban industri pakaian? Katanya perempuan yang tidak berjilbab haram masuk surga. Kalau begitu, mari kita mendoakan saudara-saudara dan nenek kita yang telah tiada sebelum jaman jilbabun itu lahir di masyarakat kita.
Jilbab? Aku harap wanita sekarang memilih jilbab sebagai nilai dan sebuah pilihan yang murni. Satu persatu perempuan mengenakannya, indah. Namun satu persatu pula perempuan melepasnya. Sedih. Dimana idealisme mereka? Dimana eksistensi kain mulia itu? Sungguh dinamika yang ekstrem menurutku, namun sangat biasa di mata masyarakat saat ini. Dan aku tetap begini. Belum ada perubahan.
Jilbab adalah pakaian yang mulia dan terpuji. Tapi aku masih sering mendengar sifat “tidak terpuji” terkait dengan pemakainya. Dan aku tidak ingin ikut menodai kemuliaannya. Aku merasa masih kotor dan belum pantas.
Aku bukan penganut konspirasi anti-jilbab. Aku tidak ingin “kualat”. Toh aku masih pakai mukenah kalau beribadah. Dan aku hanya punya alasan kalau "aku punya hak untuk berpakaian, serta memilih jenis pakaianku".
Aku bukan meng anti kan, hanya saja aku tidak ingin plinplan dalam hidupku. Untuk jilbab, aku ingin konsisten memakainya kelak. Bukan untuk pengen-pengenan dan tren.
Aku hanya bisa diam, dan mencoba mendinginkan suasana saat ada conversation panas mengenai pakaian mulia itu di hadapanku. Aku tidak ingin ada perpecahan dan pembatasan berkomunikasi hanya karena pakaian. Aku kira aku tidak melakukan dosa besar. Siapa tau? Masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang lebih merugikan. Masih banyak pula yang lebih penting untuk dibicarakan daripada sekedar ngomongi klambine wong.
Kalau bicara mengenai jilbab sebenarnya bukan masalah wajib atau dosa, melainkan lebih ke aib dan malu. “Lebih baik kita saling menghargai saja.” :)
Aku berada di jaman dimana idealisme berpakaian dijunjung tinggi, dan fashion dijadikan “simbol”. Dan aku termasuk minoritas dalam perbedaan berpakaian di lingkunganku. Saat ini hanya lingkunganku. Berkali-kali sindiran menyiprat-nyiprat, namun ludah itu hanya mengering, dan aku hanya tertawa kecil sembari miris dalam hati.
Aku muslim, dan aku perempuan yang tidak berjilbab saat ini. Dan saat ini pula, aku dianggap menyimpang karena budaya memakai jilbab bagi perempuan telah tumbuh kuat dengan sendirinya. Aku tidak pernah menyalahkan siapapun. Terdengar ada yang mengatakan aku cewek yang ketinggalan jaman. Tapi apa semua hanya dijadikan jaman-jamanan? Berarti kita hanya jadi korban industri pakaian? Katanya perempuan yang tidak berjilbab haram masuk surga. Kalau begitu, mari kita mendoakan saudara-saudara dan nenek kita yang telah tiada sebelum jaman jilbabun itu lahir di masyarakat kita.
Jilbab? Aku harap wanita sekarang memilih jilbab sebagai nilai dan sebuah pilihan yang murni. Satu persatu perempuan mengenakannya, indah. Namun satu persatu pula perempuan melepasnya. Sedih. Dimana idealisme mereka? Dimana eksistensi kain mulia itu? Sungguh dinamika yang ekstrem menurutku, namun sangat biasa di mata masyarakat saat ini. Dan aku tetap begini. Belum ada perubahan.
Jilbab adalah pakaian yang mulia dan terpuji. Tapi aku masih sering mendengar sifat “tidak terpuji” terkait dengan pemakainya. Dan aku tidak ingin ikut menodai kemuliaannya. Aku merasa masih kotor dan belum pantas.
Aku bukan penganut konspirasi anti-jilbab. Aku tidak ingin “kualat”. Toh aku masih pakai mukenah kalau beribadah. Dan aku hanya punya alasan kalau "aku punya hak untuk berpakaian, serta memilih jenis pakaianku".
Aku bukan meng anti kan, hanya saja aku tidak ingin plinplan dalam hidupku. Untuk jilbab, aku ingin konsisten memakainya kelak. Bukan untuk pengen-pengenan dan tren.
Aku hanya bisa diam, dan mencoba mendinginkan suasana saat ada conversation panas mengenai pakaian mulia itu di hadapanku. Aku tidak ingin ada perpecahan dan pembatasan berkomunikasi hanya karena pakaian. Aku kira aku tidak melakukan dosa besar. Siapa tau? Masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang lebih merugikan. Masih banyak pula yang lebih penting untuk dibicarakan daripada sekedar ngomongi klambine wong.
Kalau bicara mengenai jilbab sebenarnya bukan masalah wajib atau dosa, melainkan lebih ke aib dan malu. “Lebih baik kita saling menghargai saja.” :)
Pesan bapak
Pas sore
pulang kuliah itu, nggak tau kenapa, aku kayak udah nggak ada semangat lagi
tinggal di Jogja, kota indah ini. Berat banget. Kuliah nggak ada niat, pacaran
juga sering galau padahal nggak ada masalah. Aku diem tiduran di kamar, nggak
nonton tv dan nggak dengerin musik.
Tiba-tiba
ada call di hp ku.. Papi.
Entah
kenapa, bapakku yang biasanya telepon cuma nanyain “tadi kuliah sampe jam
berapa?” atau sekedar tanya “udah makan belom?”, kali itu bapak ngomong lebih
banyak.
Masih inget
kata-katanya pas itu, dia baru denger berita dari temennya dan nggak pengen aku
jatoh kayak anak temennya itu yang gagal kuliah gara-gara MBA (married by accident).
“Dek ayu udah dewasa, tau mana yang baik dan
buruk. Dek ayu di sana kan sendirian, harus bisa jaga diri sendiri, nggak perlu
diawasin dan dimarah-marahin lagi, kan bapak sama ibu jauh. Sering sering
puasa, bisa jaga nafsu. Nggak usah mikiri pacaran dulu, nggak usah kuatir ntar
gampang nyari pacar terus nikah kalo udah sukses, dek ayu tu cantik kok (wuah
jadi geer), pasti ada kok yang mau sama dek ayu nanti, pasti. Sekarang boleh
pacaran, bapak nggak ngelarang, tapi tau batesnya. Yang penting sekarang satu
tugas dek ayu, belajar. Ingat prinsip awal “saya di Jogja untuk kuliah.”
Bapak sama ibu cuma bisa ngedoain dan cari uang. Buat dek ayu biar bisa cepet
lulus jadi sarjana, sukses, bapak seneng. Belajar, jaga diri di
sana, inget Tuhan, jangan lupa solat.”
Seperti hujan deras yang tiba-tiba turun meluruhkan debu dan polusi yang bosan menempel di dedaunan hijau pinggir jalan.
Bapak ngomong semua itu di saat aku memang masih
butuh. Kayak ada cahaya yang nerangin gelapku. Semangat itu dateng. Mataku
berlinang, tapi nggak nangis. Tiba-tiba aku kangen banget sama orang tuaku. Aku
nyoba ngerasain kerja keras mereka buat aku.. Berat. Dan bakal lebih berat kalo
aku terus-terusan kayak gini dan nggak bergerak.
Aku bangun
dan ambil wudhu, trus menjalankan ibadah. Aku berkomunikasi di mana cuma aku
dan Tuhan yang tau. Kemudian ngerjain kewajibanku lainnya. Aku harap semangatku
ini nggak bakal pernah pudar.
Aku harus
bisa membanggakan kalian!
Subscribe to:
Posts (Atom)