ni hanya sebuah coret-coretan pribadiku, kalau
tidak setuju, coret saja. :D
Aku berada di jaman dimana idealisme berpakaian dijunjung tinggi, dan fashion
dijadikan “simbol”. Dan aku termasuk minoritas dalam perbedaan berpakaian di
lingkunganku. Saat ini hanya lingkunganku. Berkali-kali sindiran
menyiprat-nyiprat, namun ludah itu hanya mengering, dan aku hanya tertawa kecil
sembari miris dalam hati.
Aku muslim, dan aku perempuan yang tidak berjilbab saat ini. Dan saat ini pula,
aku dianggap menyimpang karena budaya memakai jilbab bagi perempuan telah
tumbuh kuat dengan sendirinya. Aku tidak pernah menyalahkan siapapun. Terdengar
ada yang mengatakan aku cewek yang ketinggalan jaman. Tapi apa semua hanya
dijadikan jaman-jamanan? Berarti kita hanya jadi korban industri pakaian?
Katanya perempuan yang tidak berjilbab haram masuk surga. Kalau begitu, mari
kita mendoakan saudara-saudara dan nenek kita yang telah tiada sebelum jaman
jilbabun itu lahir di masyarakat kita.
Jilbab? Aku harap wanita sekarang memilih jilbab sebagai nilai dan sebuah
pilihan yang murni. Satu persatu perempuan mengenakannya, indah. Namun satu
persatu pula perempuan melepasnya. Sedih. Dimana idealisme mereka? Dimana
eksistensi kain mulia itu? Sungguh dinamika yang ekstrem menurutku, namun sangat
biasa di mata masyarakat saat ini. Dan aku tetap begini. Belum ada perubahan.
Jilbab adalah pakaian yang mulia dan terpuji. Tapi aku masih sering mendengar
sifat “tidak terpuji” terkait dengan pemakainya. Dan aku tidak ingin ikut
menodai kemuliaannya. Aku merasa masih kotor dan belum pantas.
Aku bukan penganut konspirasi anti-jilbab. Aku tidak ingin “kualat”. Toh aku
masih pakai mukenah kalau beribadah. Dan aku hanya punya alasan kalau "aku
punya hak untuk berpakaian, serta memilih jenis pakaianku".
Aku bukan meng anti kan, hanya saja aku tidak ingin plinplan dalam hidupku.
Untuk jilbab, aku ingin konsisten memakainya kelak. Bukan untuk pengen-pengenan
dan tren.
Aku hanya bisa diam, dan mencoba mendinginkan suasana saat ada conversation
panas mengenai pakaian mulia itu di hadapanku. Aku tidak ingin ada perpecahan
dan pembatasan berkomunikasi hanya karena pakaian. Aku kira aku tidak melakukan
dosa besar. Siapa tau? Masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang lebih
merugikan. Masih banyak pula yang lebih penting untuk dibicarakan daripada sekedar
ngomongi klambine wong.
Kalau bicara mengenai jilbab sebenarnya bukan masalah wajib atau dosa, melainkan lebih ke aib dan malu. “Lebih baik kita saling menghargai saja.” :)
No comments:
Post a Comment